Beberapa waktu lalu, saya dihubungi seseorang via WhatsApp, sebuah undangan ke Kantor Kementerian Sekretariat Negara.
Hah? Ngapain ke Kantor SetNeg? Diterima PNS? Bukaaan. Wawancara LPDP? Itu sih di kantor kementrian lain rasanya. Trus ngapain?
Saya diundang sebagai narasumber Focus Group Discussion (FGD). Waduh! Kaget rasanya. Saya deg-degan campur galau gulana sejak hari Minggu itu. Pengen banget bisa ikutan, tapi cuti sudah habis. Sebenarnya menurut saya jawaban yang saya berikan kepada Bu Lasmi sudha mengiyakan, tapi saya ragu dapat ijin kalau undangan hanya via WhatsApp. Saya pun memohon untuk ada undangan resmi berbentuk surat sebagai dasar ijin ke kantor.
Kok bisa diundang?
Beberapa waktu lalu Kementrian Komunikasi & Informasi mengadakan acara SAIK 2017 dan ada kegiatan flashblogging. Alhamdulillah dapat Juara Harapan I, berkah rela cuti demi ikutan acara yang ada workshop bloggingnya juga. Saya pikir semua telah selesai ketika acara berakhir. Ternyata ada kejutan lain yang datang. Sebuah undangan untuk diskusi bersama Tim Komunikasi Presidem (TKP).
Baca juga :Ā Flash Blogging Bersama Kemkominfo : Mari Mendukung Kemajuan Indonesia
Undangan resmi berupa surat yang dikirim via WhatsApp pun telah saya miliki. Dengan malu-malu mau saya menghadap ke atasan untuk ijin tidak masuk kerja, tapi karena undangan instansi pemerintah, saya ingin ijin dispensasi atau apalah sesuai ketentuan perusahaan. Ijin sana sini akhirnya didapat. Saya pun konfirmasi ke perwakilan TKP bahwa saya bisa hadir.
Ada pesan tambahan ternyata dari Bu Lasmi, “buat presentasi ya tentang Presiden Jokowi di Mata Blogger Indonesia”. Waduh, saya bingung lagi. Kalau nulis cerita panjang saya berani, kalau presentasi harus singkat terus juga ngomong, wah deg-degan deh.
Baca juga :Ā Seharian Bolak Balik Palembang – Jakarta [Behind The Scene : Main Ke Kantor SetNeg]
Singkat cerita, Jum’at pagi saya berangkat ke Jakarta. Teman-teman dari Palembang yaitu Deddy Huang, Molly, dan Putri telah berangkat hari sebelumnya. Faktor ijin cuma sehari dan ga tega ninggal anak jadi pertimbangan saya berangkat paling pagi dan pulang hari itu juga. Sampai di Jakarta, saya mampir ke tempat teman-teman menginap. Istirahat bentar, lalu kami menikmati dulu Es Krim Ragusa sambil menghabiskan waktu menuju jam 13.00.
Kantor Kementerian Sekretariat Negara Republik Indonesia berada di Jalan Veteran No. 17 – 18 Jakarta Pusat. Ada kok di Google Maps. Yang perlu dicatat adalah, jika ingin masuk ke Komplek Setneg, kita harus lewat Jalan Majapahit. Katanya, jalan ini memang hanya untuk yang akan masuk ke Komplek Setneg. Kalau asal lewat hati-hati kena tegur Pak Polisi š
https://photos.app.goo.gl/ZfFul5BxZ3sNP19E3
Kami berempat pun akhirnya menjejakkan kaki pertama kali di Kantor Kementrian Sekretariat Negara. Bu Lasmi yang menghubungi kami via WhatsApp pun menyambut kami dengan senyum. Bu Lasmi ini salah satu yang tergabung dalam Tim Komunikasi Presiden (TKP). Kami diajak menuju sebuah ruangan yang konon adalah ruang kerja Bapak Presiden Soeharto, Presiden Kedua Republik Indonesia. Bangga? Jelas. Norak? Pasti. Kesempatan langka ini membuat kami pun saling berfoto bergantian di meja kerja Pak Harto.
https://photos.app.goo.gl/bgNjKSgS9T8ElUDo1
Awalnya saya mengira akan bertemu dengan teman-teman dari daerah lainnya. Ternyata, teman-teman dari daerah lain sudah ada sesi sebelum kami dan mungkin kami jadi yang terakhir melakukan FGD setelah sebelumnya Makassar, Padang, Banjarmasin, dan Semarang sudah bergantian diskusi di hari sebelumnya. Ah, sayang sekali pikir saya. Semoga di lain waktu dapat bertemu dan berkenalan langsung dengan blogger dari berbagai daerah sehingga pertemanan tak hanya via blog atau aplikasi chatting saja.
https://photos.app.goo.gl/EUd8LFgOVshzb1z82
Akhirnya tibalah saat yang ditunggu. Deg-degan parah dari sebelum berangkat ke Jakarta makin menjadi. Pak H. Andoko Darta datang dan menyampaikan permohonan maaf karena Bapak Sukardi Rinakit tak bisa datang dikarenakan ibu beliau sakit. Sebelumnya, ketika acara Flash Blogging di Palembang Pak Andoko juga memberikan materi bersama Pak Sukardi Rinakit.
Acara dimulai dengan perkenalan. Saya gugup parah sejak awal. Perasaan, duh apalah saya ini dibanding teman-teman kiri dan kanan saya memperparah keadaan. Faktor jarang ngomong di depan umum dan jarang presentasi memang jadi nilai minus yang saya rasakan.
Kami bergantian presentasi menyampaikan pandangan kami tentang Presiden Jokowi. Di sini saya menyadari pentingnya image branding. Koh Deddy membawakan materi pengalamannya sebagai Travel Blogger ke Indonesia Timur, Putri menyampaikan cerita tentang perjalanannya mengajar di Parigi Sulawesi Tengah, Molly menyampaikan harapan untuk kaum disabilitas, dan saya……bingung hehehe. Saya menyampaikan pandangan saya sebagai seorang ibu, istri, dan karyawan sebuah perusahaan.
Saya menyampaikan, tentang pandangan negatif yang terarah ke Presiden Jokowi sejak masa Pemilu 2014 lalu dan hal-hal lain yang sering disampaikan orang “Gara-gara Jokowi nih, blablabla…..”. Apakah semua salah Pak Presiden Jokowi? Menurut saya tidak.
- Adanya hoax yang akhirnya memecah belah Indonesia bisa jadi disebabkan oleh tidak siapnya masyarakat dengan perkembangan teknologi dan kurangnya kesadaran membaca.
- BPJS yang diprotes ribet dan lainnya, sebenarnya kan aturan SJSN sudah sejak tahun 2003, penerapannya saja baru dan sepertinya sih kaget-kaget semuanya termasuk tempat saya kerja yang harus merubah sistem pemeliharaan kesehatan.
- E-KTP belum jadi? Ya kita tahu bahwa aturan tentang E-KTP sudah sejak lama dan ternyata ada kasus di baliknya.
- Beberapa industri (contoh : ritel) mulai gulung tikar. Beberapa pakar bilang ini era disruptif, zaman sudah berubah. Pernah menyangka bahwa orang akan lebih memilih keliling dunia daripada beli rumah? Yang kita pikir kebutuhan pokok sandang, pangan, dan papan, ternyata sekarang ga gitu lagi.
- Harga BBM sempat naik, bahkan ada yang merasa BBM subsidi hilang. Efeknya, harga BBM di Indonesia sama. Masyarakat di Indonesia Timur bisa merasakan harga BBM yang sama dengan di Jawa. Kalau isu subsidi hilang, mungkin ada pikiran di balik itu yang terkait juga dengan era disruptif, agar perusahaan lebih kreatif dan inovatif untuk bertahan di era seperti ini.
Saya menyampaikan juga, bahwa kalau ditanya pendapat tentang pemerintahan Jokowi gimana sih? Saya jawab jujur, mungkin jawabnya ya B Aja alias Biasa Aja. Belum terlalu kerasa. Tapi kan memang ini jangka panjang, baru setengah jalan dari 5 tahun masa pemerintahan.
Contoh nih, ada pembangunan Tol Trans Sumatra, ya ga mungkin langsung jadi. Dikira ini jaman Roro Jongrang? Tol Palembang-Indralaya saja baru satu seksi, tapi sudah cukup membantu sedikit menghindari macet. Saya jelas berharap segera selesai kalau bisa ada Palembang – Lampung, tapi, ya tahu diri prosesnya akan bertahap dan sambil berdoa juga, semoga cepat selesai.
Saya pribadi, sebagai generasi yang masih mengaku muda merasakan gaya komunikasi Pak Jokowi yang berbeda. Beliau bisa mendekatkan diri dengan rakyat melalui blusukan bahkan datang ke mall atau pasar dengan santai. Belum lagi urusan sosial media, Pak Jokowi bahkan nge-vlog yang terakhir saya tonton cerita beliau tentang satwa di Istana Bogor. Yang saya rasakan dari vlog itu? Ya Pak Jokowi itu sama kayak rakyat kebanyakan, ketika santai, ada kesenangan sendiri dan yang dilakukan pun sederhana. Belum lagi cerita tentang Pak Jokowi yang ditegur Bu Iriana karena kurang rapi, ini juga menjadi hal yang menarik bagi saya. Sebuah bentuk keromantisan dan keinginan seorang istri untuk melihat suaminya tampil sempurna di hadapan publik. Setelah itu dengan santainya beliau becanda lagi menanggapi teguran. Jujur, waktu nonton di berita, saya merasa terharu campur ketawa.
https://photos.app.goo.gl/SLoCzR1opteIn4532
Terkait program kerja dan hal lain yang beliau lakukan di dalam negeri, saya merasakan adanya misi untuk membawa ke Indonesia ke arah yang lebih baik lagi. Ingat kan, di awal terpilihnya Pak Jokowi sebagai presiden, kita kerap mendengar “Revolusi Mental”. Saya coba melihat beberapa hal dari dua sisi. Contoh lagi nih, urusan BBM Premium yang dirasa hilang dan sekarang banyak dijual Pertalite. Ya mungkin ini bagian dari revolusi mental, biar masyarakat ga tergantung dengan subsidi dan pemerintah. Hal lain yang saya rasakan adalah pengenalan Indonesia ke seluruh warganya.
Program Pemerintah sudah diupayakan untuk Indonesia-sentris, artinya untuk seluruh Indonesia, tak hanya Jawa saja yang maju. Pak Jokowi melalui berbagai kesempatan berkunjung ke daerah-daerah dan mengenalkan pakaian adat daerah tertentu, yang mungkin kita sekarang ga tahu itu pakaian apa namanya. Saya juga menyampaikan apresiasi ketika Upacara Kemerdekaan 17 Agustus 2017 lalu para undangan memakai pakaian adat. Coba saya tanya, kapan terakhir kali pakai pakaian adat? Atau kenal tidak dengan pakaian adat daerah lain? Waktu nonton Detik-Detik Proklamasi dari tv rasanya wow, seru banget itu dan para undangan pun niat loh pakaiannya. Indonesia yang Bhinneka Tunggal Ika tuh gitu.
https://photos.app.goo.gl/lXuXMpmzFSbB5UUE2
Setelah presentasi, kami diajak sharing tentang daerahnya. Sempat ada pertanyaan dari Pak Ando terkait situasi di Palembang apakah ada perpecahan yang dipengaruhi SARA atau tidak. Koh Deddy pun bahwa selama ini kondisinya cukup aman dan saya sendiri menambahkan, hal yang saya rasakan di Palembang dengan keberagamannya adalah seperti tak ada perbedaan. Coba deh main ke Palembang sekitar Perayaan Imlek atau Cap Go Meh. Tak hanya teman-teman Chinese saja yang merayakan, masyarakat dari berbagai golongan ikut serta main ke Pulau Kemaro.
Bu Lasmi menceritakan tentang Tim Komunikasi Presiden (TKP) yang terdiri dari Pak Ari Dwipayana, Pak Sukardi Rinakit, dan Pak Johan Budi SP. Masing-masing punya peran sendiri dan ada tim kecil lainnya. Yang sering terlihat tampil di televisi adalah Pak Johan Budi sebagai Juru Bicara Presiden. Sementara itu, jika pernah mendengar pidato Jokowi yang menurut saya keren (salah satunya saat pembukaan Konferensi Asia Afrika tahun 2015), itu adalah hasil karya dari Pak Sukardi Rinakit.
https://photos.app.goo.gl/7vuxZeq3fihHriHB2
Setelah bincang santai tapi serius selesai, kami dipersilahkan untuk keliling area Gedung Utama Kementerian Sekretariat Negara dan foto-foto. Pengennya sih main ke Istana Negara, tapi sedang ada perbaikan. Yaaa, berharap lagi boleh kan ya, siapa tau suatu saat nanti diundang masuk Istana Negara š
***
Dari acara ini, apa sih yang saya rasakan?
Kalau perasaan saya sendiri sih campur aduk, bangga, senang, sampai deg-degan. Ternyata, hobi menulis di blog mendapat apresiasi. Ya, mungkin pemerintah sadar akan maraknya hoax erat kaitannya dengan tingkat literasi di Indonesia yang masih rendah. Selain itu, kekhawatiran hoax dipercaya menjadi kebenaran juga menjadi kekhawatiran yang dirasakan. Adolf Hitler pernah menulis di otobiografinya bahwa jika kebohongan diulangi secara terus-menerus, maka pikiran manusia akan mempercayainya dan menganggapnya benar. Bukan tidak mungkin kalau hoax yang sekarang beredar telah dipercaya masyarakat dan dianggap sebuah kebenaran.
https://photos.app.goo.gl/xv4rqKqAsZvufWPB2
Acara ini menjadi sebuah ajakan untuk para blogger menyampaikan konten-konten positif. Harapannya tentu dengan semakin banyak konten positif, konten negatif akan tenggelam. Kami pun dipersilahkan menyampaikan beragam aspirasi atas permasalahan yang kami rasakan dan mencoba memberi solusi atas permasalahan yang dirasakan.
Sebagai bagian dari masyarakat Indonesia, saya merasa diajak berpartisipasi untuk membangun negeri. Ya, partisipasi bisa berupa apa saja kan, salah satunya mungkin menyampaikan konten positif dan hal baik yang telah dilakukan pemerintah.
https://photos.app.goo.gl/VhKX9MhEpdKhnVAp1