Menstimulasi Anak dengan Ikut Kelas Bermain

Pertumbuhan dan perkembangan anak menjadi hal yang terkadang membuat orang tua khawatir. Apalagi jika orang-orang di lingkungan suka ikut campur terhadap pertumbuhan dan perkembangan anak, seperti misalnya mengomentari anak yang badannya terlihat kecil atau belum jalan pada usia 1 tahun. Terkadang, kekhawatiran juga muncul dari diri ibu sendiri, apakah stimulasi yang diberikan masih kurang?

Pertumbuhan pada anak umumnya ditandai dengan pertambahan ukuran seperti tinggi badan, berat badan, dan ukuran lingkar kepala. Sementara itu, perkembangan pada anak diukur dari kemampuan anak untuk melakukan hal-hal yang lebih rumit seiring dengan usia yang bertambah. Perkembangan anak, normalnya dibagi menjadi 5 jenis, yaitu:

  1. Perkembangan Motorik Kasar, meliputi kemampuan menggunakan kelompok otot besar, seperti berdiri, berjalan, berlari, mengubah posisi, menjaga keseimbangan, dll.
  2. Perkembangan Motorik Halus, meliputi kemampuan yang berhubungan dengan keterampilan fisik yang melibatkan otot kecil dan koordinasi antara mata dan tangan.
  3. Perkembangan Bahasa, meliputi kemampuan anak untuk berbicara, menggunakan bahasa tubuh dan gerak tubuh, berkomunikasi, serta memahami perkataan orang lain.
  4. Perkembangan Kognitif, meliputi kemampuan anak untuk berpikir, mengingat, penalaran, belajar, dan memecahkan masalah.
  5. Perkembangan Sosial, meliputi kemampuan anak untuk berinteraksi dengan orang lain, berhubungan dengan orang lain, bekerja sama, berbagi, dan menanggapi perasaan orang lain.

Sebenarnya, setiap orang tua dapat melakukan stimulasi melalui kegiatan di rumah untuk merangsang perkembangan anak. Namun, saya menyadari selama ini jika di rumah lebih terfokus pada perkembangan motorik kasar, motorik halus, bahasa, dan kognitif. Sementara itu, jika membawa anak bertemu orang lain selain orang di rumah terasa sekali rasa malu anak untuk bersosialisasi.

Bermain menyusun balok

Rasanya, hampir setiap orang tua ingin anaknya lebih baik dari dirinya. Termasuk, saya. Menyadari diri saya orang yang sangat tidak percaya diri dan kurang bersosialisasi, saya tentu ingin anak saya lebih memiliki kemampuan bersosialisasi. Sayangnya, lingkungan rumah saya walaupun beberapa tetangga memiliki anak kecil, namun jarang keluar rumah. Otomatis, saya harus mencari acara yang memungkinkan anak bertemu dengan teman seusianya.

Beberapa bulan terakhir, saya cukup bersyukur ada kelas-kelas bermain untuk anak yang diadakan oleh sebuah daycare dekat rumah. Walaupun hanya sebulan sekali, namun rasanya kelas bermain tersebut menjadi oase untuk saya dalam mencari kegiatan untuk anak sekaligus mempertemukan anak dengan teman seusianya.

Terhitung sudah lebih dari 3 kali anak saya ikut kelas bermain. Memang, anak masih terlihat malu-malu dibandingkan saat di rumah. Keengganan untuk mengeluarkan suara masih ada. Namun, tentu perubahan sudah mulai terlihat, seperti keinginan untuk salam saat bertemu orang lain atau kesediaan berbagi makanan.

Kelas bermain tentu memiliki banyak manfaat. Berikut manfaat kelas bermain untuk anak:

  1. Beradaptasi dengan lingkungan baru. Lingkungan rumah yang cenderung sepi dan tak banyak orang tentu berbeda dengan lokasi tempat kelas bermain diadakan. Anak diarahkan untuk mengenal kondisi lingkungan yang baru dan bagaimana menghadapinya. Adanya mainan atau buku-buku yang disediakan di lokasi membantu anak untuk merasa lebih nyaman di tempat baru.Selain lingkungan, ada pula hal lain yang mungkin baru dirasakan oleh anak, seperti menginjak pasir atau tanah, memegang lem, dll. Hal ini menjadi tantangan untuk anak untuk lebih berani.
  2. Kesempatan berinteraksi dengan anak seusianya. Biasanya, kelas bermain dikelompokkan untuk anak usia yang sama misalnya 1-2 tahun, 2-3 tahun, atau 3-4 tahun agar lebih fokus pada tahapan perkembangan di usia tersebut yang cenderung sama. Adanya kelompok umur ini memberikan kesempatan anak untuk berinteraksi dengan anak seusianya.

https://photos.app.goo.gl/qde4v7qiaN8BsZ7g8

Adanya kesempatan berinteraksi membuat anak bisa mengenal perasaan kasih sayang, empati, serta negosiasi pada saat bermain dengan teman sebaya. Juga memberikan kesempatan anak untuk belajar berbagi, bergantian bermain, bekerja sama, merespon orang lain, dll.

  1. Stimulasi sesuai tahapan perkembangan. Tahapan perkembangan anak akan berbeda untuk range usia satu dengan lainnya. Milestone anak usia 1-2 tahun antara lain berjalan, berlari, makan sendiri, menunduk, berjongkok, dll. Hal ini yang dilatih kepada anak saat kelas bermain.

https://photos.app.goo.gl/EhMMgTK37FdQCnDE7

Stimulasi yang diberikan melalui permainan biasanya disusun dengan mengombinasikan beberapa tahapan perkembangan. Misalnya permainan panen wortel, anak akan diminta mengambil wortel di tanah, lalu bergerak memasukkan ke tempat lain. Permainan ini memberikan anak kesempatan memecahkan masalah/perkembangan kognitif (bagaimana cara memanen wortel, menarik dengan 1 tangan atau 2 tangan?), melatih motorik kasar (berjalan, menunduk, berjongkok), melatih motorik halus (memegang wortel agar tidak jatuh, memindahkan dari tangan kanan ke kiri), bahasa (memahami petunjuk untuk mengambil wortel, arahan untuk meletakkannya di baskom), dan sosial (berbagi lahan yang sama untuk panen).

  1. Menambah kosa kata baru. Melalui permainan, anak bisa menambah kosa kata baru. Demikian pula dengan bertemunya anak dengan teman sebaya, ia bisa belajar mengingat nama teman-temannya. Kalaupun saat permainan anak masih malu atau diam, bukan tidak mungkin saat selesai (di perjalanan atau di rumah) kita bisa mengajaknya untuk menceritakan kegiatan yang dilakukan sebelumnya. Tak jarang, setelah permainan saya mengajak anak melihat foto-foto kegiatan lalu membuat anak mengingat dan bercerita apa yang dilakukannya.

Walau pada awalnya saya mengikutkan anak kelas bermain untuk stimulasi perkembangan sosialnya, ternyata stimulasi lain bagi anak juga dilatihkan. Adanya kesempatan anak bermain dengan permainan yang beda pun tentu bisa membuat anak lebih bahagia, walaupun kadang ada anak yang merasa tertantang dan malah malu di awal.

Kelas bermain atau kelas stimulasi yang anak saya ikuti selama ini diadakan oleh Denali Daycare. Biasanya, info tentang kelas stimulasi akan disampaikan melalui akun instagramnya. Pesertanya dibatasi, umumnya hanya 10 anak setiap sesi. Jadi, kalau mau ikutan, cek info di instagram Denali Daycare saja. Siapa tahu kita bisa ikutan kelas yang sama dan ketemu :D.

ELC Parenting Club Palembang : Menstimulasi Kepandaian dan Kepercayaan Diri Anak Melalui Bermain

ELC Palembang
Bertempat di Community Area Palembang Icon Lantai 3, ELC Palembang mengadakan seminar untuk orang tua yang mengangkat tema Cara Cepat Menstimulasi Kepandaian dan Percaya Diri Anak Pada Usia Dini pada 6 Mei 2017 yang lalu. Hadir sebagai pembicara adalah dr. Rismarini SpA(K) dari Departemen Kesehatan Anak RS. M. Hoesin Palembang yang juga praktek di RS. Bunda Palembang. 

ELC Palembang

Acara yang dijadwalkan pukul 13.00 sedikit mengalami keterlambatan dan memang peserta masih sedikit sekitar pukul 13.00. Di community area, selain terdapat panggung dan tempat duduk yang berjejer rapi, juga disediakan area untuk bermain anak dengan produk-produk berkualitas dari ELC. Sembari menunggu acara dimulai, setelah registrasi orang tua dapat menemani anaknya bermain dahulu di area bermain. Namun, banyaknya anak yang ingin bermain dan kondisi anak-anak yang memang biasanya jika sudah memegang satu mainan tidak mau dilepas dan berasa menjadi miliknya harus dimaklumi. Belum lagi, area tempat bermain ini sedikit agak panas dan membuat anak menjadi gerah dan lebih berkeringat. 
Setelah acara dibuka oleh MC, dr. Rismarini SpA(K) menyampaikan paparannya tentang menstimulasi kepandaian dan kepercayaan diri anak melalui bermain. Ya, kata BERMAIN (harus huruf kapital, bold, dan garis bawah) perlu ditekankan karena memang anak kecil ya waktunya bermain bukan belajar. Kalaupun ingin mengajarkan sesuatu, misal tentang abjad, sebisa mungkin dilakukan dengan santai dan sambil bermain. Ya, anak belajar dengan bermain. Bermain sangat berarti untuk anak, karena anak sedang TUMBUH dan BERKEMBANG, anak tidak sama dengan orang dewasa yang pertumbuhannya sudah berhenti, tapi perkembangannya masih berlanjut (bisa dicek masing-masing perut, paha, lengan, dan bokong serta timbangan yang jarumnya bergeser ke kanan atau angkanya bergerak naik terus). Bermain bagi anak dapat memberikan stimulasi bagi perkembangan otak anak, apalagi jika bermain secara aktif, dengan seluruh tubuh dan melibatkan panca indra. Tentu saja, selain bermain, agar tumbuh dan kembang anak berjalan dengan baik, perlu asupan gizi yang baik pula dari makanannya sehingga terhindar dari penyakit. Yap, semoga selama ini saya sudah member gizi yang baik buat Mahira ya, semoga anaknya sehat-sehat terus.
ELC Palembang
Fakta lain dari pentingnya bermain bagi anak selain menstimulasi perkembangan dengan merangsang anak agar kembang dengan optimal, ternyata bermain juga dapat meningkatkan percaya diri anak. Bermain dengan orang tua dengan rasa kasih sayang secara bertahap dan berkelanjutan, wajar, santai, tanpa paksaan dan tanpa hukuman, serta mencakup semua panca indra akan meningkatkan percaya diri anak dengan adanya perhatian dari orang tua yang mengajak bermain. Bermain dapat dilakukan secara bertahap dimulai dari kemampuan perkembangan yang telah dimiliki anak, lalu meningkat secara perlahan sesuai dengan milestone yang telah dilalui. Pada prinsipnya, gaya hidup anak adalah bermain maka ciptakanlah suasana yang menyenangkan. Jika anak berhasil atas tahapan pencapaian tertentu harus diberi pujian, misal anaknya sudah bisa tengkurap ya dipuji “Wiiih anak ibu hebat sudah bisa tengkurap sendiri”. Alat bantu stimulasi boleh dipakai bila diperlukan selama tidak berbahaya, dan direkomendasikan yang sederhana dan mudah didapat. Variasi stimulasi juga dibutuhkan agar tidak membosankan. Nah ini catatan penting buat ibu yang kadang rajin kadang males kayak saya alias suka ga konsisten kalo ngasih stimulasi atau jarang ngasih variasi. 

Pada dasarnya, sudah banyak literatur yang menyebutkan tentang perkembangan anak pada usia tertentu dan cara menstimulasinya. dr Rismarini SpA (K) menyampaikan tentang perkembangan dan stimulasi untuk anak usia 0-3 bulan, 3-6 bulan, 6-12 bulan, 1-2 tahun, dan 2-3 tahun. Dengan adanya panduan tersebut, diharapkan anak dapat distimulasi dan sanggup mencapai hal yang menjadi milestone anak usia tersebut, misal bayi usia 3 bulan bisa mengangkat kepala tegak saat tengkurap, tertawa, menggerakkan kepala ke kiri dan ke kanan, membalas senyuman, dan mengoceh secara spontan. Jika pada usia 3 bulan, bayi belum bisa melakukan hal yang menjadi milestone anak seusianya, boleh saja dikonsultasikan ke bidan / perawat / dokter. Kebetulan, saat usia awal sebelum 6 bulan, saya hampir setiap bulan ke dokter untuk imunisasi Mahira, jadi tumbuh kembangnya cukup terpantau, apalagi dokter spesialis anak (DSA) di RS Hermina Palembang (tempat biasa konsultasi) selalu menyapa dengan sudah bisa apa saja? Sudah bisa ini atau itu belum? Bisa kok distimulasi ini dan itu. Jadi berdasarkan panduan dan arahan dari DSA Mahira, tumbuh kembang anak masih terpantau. Akhir-akhir ini aja agak baperan karena anak seusianya ada yang sudah berdiri sendiri bahkan ada yang sudah lancar jalan sendiri. Tapi, ya selalu diingatkan juga kalau tumbuh kembang anak ya berbeda-beda, coba distimulasi saja terus, kalau sudah merasa harus konsultasi ya konsullah ke DSA. 
ELC Palembang
Terdapat sesi tanya jawab dengan peserta seminar dan beragam pertanyaan pun muncul mulai dari urusan waktu bangun tidur anak yang dijawab dengan pelatihan disiplin, anak yang hiperaktif atau anak yang indigo yang dijawab dengan perlu dilihat lebih lagi apakah benar hiperaktif atau indigo atau ada hal lainnya, dan yang paling menarik sih pertanyaan usia anak boleh sekolah. Kapan anak boleh sekolah? Umumnya anak usia 3 tahun sudah ikut pre-school atau PAUD, anak usia 4 tahun mulai masuk TK. Namun, ada juga anak ❤ tahun sudah mulai dimasukkan ke sekolah. Sebenarnya ini tidak apa-apa selama anak bukan untuk belajar tapi untuk bermain, dengan masuk sekolah, anak bisa berlatih sosialisasi, apalagi memang kondisi zaman sekarang yang kadang tetangga apatis dengan tetangga di sekitarnya dan anak hanya diasuh dengan pengasuh atau orang tuanya tanpa bertemu dengan anak lain. 
Ini kejadian sih sama Mahira, dia kurang bersosialisasi padahal ya sebelah kiri rumah ada anak seumuran dia beda 1 bulan dan 1 tahunan di kanan rumah juga ada anak kecil-kecil usia tk sampai yang masih 1 tahunan. Tapi ya, orang tuanya juga kadang suka ngedon di rumah, pengasuh juga buka pintu cuma sebatas di teras aja, eh anaknya disapa orang dewasa kadang seneng kadang nangis. Makanya, saya sebenernya seneng gabung di komunitas-komunitas baru terus pinginnya bisa playdate gitu. Minggu lalu kumpul sama temen sesama Matrikulasi IIP area Palembang, eh ada yang bawa anak 1 tahun (lebih tua dikit dari Mahira) dan ternyata Mahira senyum-senyum seneng kan saya juga seneng ngeliatnya. Oh, ternyata ini anak juga seneng toh ketemu temen seumurannya. Jadi catatan di usia menjelang 1 tahunnya Mahira adalah stimulasi biar dia berdiri sendiri dan jalan, stimulasi main-main dan pegang-pegang yang lembek-lembek supaya ga jijik-an, plus kalo bisa sering-sering dibawa main sama anak seusianya. Nah, kalo udah mau main sama anak seusianya, bakal ada PR lain yaitu memberi tahu untuk berbagi atau bergantian mainan dan mengembalikan mainan yang bukan miliknya (kalau bermain di tempat teman atau tempat umum). 
ELC Palembang
Pihak ELC sendiri sempat menyampaikan tentang produk ELC. ELC masuk ke Indonesia mulai tahun 2008 setelah hadir di Inggris (negara asalnya) sejak tahun 1974. Nah, produk ELC ini memang beragam dan sangat cocok untuk stimulasi tumbuh kembang anak. Apalagi, produk ELC sudah terjamin keamanannya baik secara internasional maupun level Indonesia (dengan tersertifikasi SNI / Standar Nasional Indonesia). Salah satu contoh produk ELC yang ditampilkan adalah mainan kayu / balok yang memiliki 6 sisi dengan stimulasi berbeda dan ini emang beneran bagus sih terus bahannya juga berkualitas. Untuk produk lain juga banyak macamnya dan sangat beragam, untuk menstimulasi musik ada piano, drum, mic, gitar. Lengkap pokoknya. 

ELC Palembang
Dari seminar ini, selain bertambah ilmu tentang cara menstimulasi anak melalui bermain sesuai dengan tahapan anak seusianya, juga insting ibu diperlukan. Contoh, kalo ibunya ngerasa anaknya udah bisa diberdiriin buat dijejak-jejak ke tanah karena ngerasa tulang anak kuat ya monggo dilatih, kalo ibunya ngerasa anaknya udah ngerti buat baca flashcard yang huruf doang ya monggo juga dilatih. Intinya, bertahap saja dan jangan dipaksakan. Kecerdasan anak beda-beda dan peran orang tua sangat penting buat menstimulasi anak dengan cara bermain bersama. 

Ps. Terdapat foto saya ambil dari Facebook Pages ELC Indonesia dan instagram .