Transportasi Pilihan dari Bandara Palembang

Palembang kini semakin ramai dikunjungi. Baik oleh wisatawan, maupun pekerja. Bandara Sultan Mahmud Badaruddin II Palembang bisa dibilang menjadi pintu masuk orang ke Palembang. Nah, dari bandara Palembang, bagaimana cara untuk ke tempat tujuan?


Berkunjung ke Palembang

Sumatera Selatan, khususnya Palembang bisa dibilang daerah yang kini semakin banyak dikunjungi oleh wisatawan. Apalagi, sejak ada Asian Games 2018 dan adanya LRT pertama di Indonesia, daya tarik dari Sumatera Selatan, khususnya kota Palembang semakin meningkat. Tak hanya urusan melihat Jembatan Ampera atau makan pempek asli saja.

Sebenarnya, Palembang tak hanya dikunjungi oleh wisatawan yang benar-benar datang untuk berlibur. Tak sedikit orang datang ke Palembang karena menghadiri acara pernikahan atau tugas kantor alias business trip. Beberapa perusahaan besar memiliki cabang di Palembang atau daerah lain di Sumatera Selatan.

Bandara Sultan Mahmud Badaruddin II Palembang merupakan salah satu pintu masuk menuju provinsi Sumatera Selatan. Tak hanya penerbangan domestik saja, bandara ini juga melayani penerbangan internasional.

Transportasi dari Bandara Palembang

Beberapa teman yang pernah mengunjungi Palembang tak jarang bertanya kepada saya, ā€œkalau dari bandara Palembang mau ke ā€˜tempat tujuanā€™ naik apa enaknya?ā€. Kalau tak ada halangan dan mereka mau saya jemput sih bakal saya jemput dan antar ke tempat tujuan. Tapi ada juga teman yang datang secara rombongan dan memilih naik transportasi yang ada saja, daripada merepotkan katanya.

Nah, untuk memudahkan teman-teman lain yang mungkin akan berkunjung ke Palembang dengan pesawat dan landing di Bandara Sultan Mahmud Badaruddin II, berikut transportasi yang bisa dipilih dari bandara menuju tempat tujuan.

Bus

Untuk melanjutkan perjalanan ke kota Palembang, kita juga bisa menggunakan Bus Rapid Transit (BRT) TRANS MUSI. Namun, kalau model BRT seperti ini kita harus turun di halte-halte yang dilaluinya. Untuk rute Trans Musi dari Bandara SMB II adalah rute pada koridor 5 yaitu Bandara ā€“ Alang-Alang Lebar.

Bus Trans Musi dari Bandara Palembang

Kalau misalnya kita tidak ingin menuju Alang-Alang Lebar, tentunya kita bisa turun di halte tertentu untuk transit dan berganti rute Trans Musi menuju tempat tujuan. Untuk melihat rute Trans Musi dan jadwal keberangkatan, kita bisa menggunakan aplikasi Moovit yang tersedia di AppStore maupun PlayStore.

Pastikan kita tahu halte TransMusi yang paling dekat dengan tempat tujuan, lalu kita bisa memilih rute / koridor yang harus dilewati atau halte transit yang harus didatangi. Ongkos yang harus dikeluarkan untuk perjalanan dengan TransMusi adalah Rp 5.000,-.

Mobil Elf

Prabumulih adalah salah satu kotamadya lain di Sumatera Selatan yang juga kerap dikunjungi (karena ada beberapa perusahaan migas di dekatnya). Untuk memudahkan orang-orang yang berpergian ke Prabumulih, terdapat DAMRI yang melayani rute Bandara SMB II menuju kota Prabumulih dengan armada Elf. Tiket yang dijual seharga Rp 75.000,-. Jadwal keberangkatan DAMRI dari Bandara SMB II ke Prabumuli adalah pukul 07.00 WIB, 09.00 WIB, 11.00 WIB, 14.00 WIB.

Mobil Elf dari Bandara Palembang

Jika membutuhkan informasi terkait DAMRI Bandara SMB-Prabumulih bisa mengontak nomor 0812 7574 4405 atau (0711) 385002. Calon penumpang juga bisa datang langsung ke Area Kedatangan domestik Bandara Sultan Mahmud Badaruddin II

Taksi

Taksi di Bandara SMB II secara garis besar terbagi menjadi 2, tak resmi dan resmi. Untuk taksi-taksi tak resmi alias taksi gelap, sebenarnya bisa dicirikan dengan bapak-bapak yang telah menunggu calon pelanggan yang datang di area terminal kedatangan. Tarifnya pun harus nego.

Saya pernah menggunakan jasa taksi non resmi ini. Dari bandara menuju rumah saya yang jaraknya sekitar 15 km, dipatok harga 100 ribu. Agak masuk akal mengingat waktu berangkat saya pakai taksi ā€˜burung biruā€™ juga kena sekitar 90 ribu.

Sebelum keluar dari Terminal Kedatangan, kita juga bisa mendatangi stand jasa layanan taksi resmi yang telah beroperasi di Bandara SMB II. Ada 3 jasa layanan taksi bandara resmi yaitu BlueBird, STARCAB, dan Primkopau & Balido.

Taksi dari Bandara Palembang

Ketiganya memiliki kesamaan yaitu dikenai jasa buka pintu yang harus dibayar tunai di stand sebesar Rp 7.000,-. Selanjutnya, dikenai tarif argo per kilo. Armada taksi Blue bird yang telah beroperasi di Palembang adalah sedan Vios dan Avanza baru. Begitu pula Starcab, taksi berlogo kuning ini juga menggunakan armada mobil Avanza. Jika ingin mencoba mobil yang berbeda, bisa memilih taksi Primkopau yang kini menggunakan mobil Wuling sebagai armadanya.

Beberapa teman pernah mengatakan ada taksi bandara yang nakal alias argonya kuda, suka loncat-loncat jadi berasa mahal banget. Cuma selama ini saya belum pernah dapat pengalaman buruk memakain berbagai armada taksi di bandara.

Kalau taksi online atau ojek online di Bandara SMB II sendiri, berdasarkan cerita dari driver taksi online yang mengantar saya ke bandara, belum masuk dan agak susah bersaing dengan armada taksi gelap yang telah ada. Namun, driver Grab pernah cerita bahwa selama Asian Games 2018 lalu mereka diperkenankan beroperasi di Bandara mengingat Grab adalah salah satu sponsor utama event itu. Tapi, sekarang saya belum tahu kondisi pastinya. šŸ˜€

LRT / Light Rail Transit

Inilah moda transportasi yang paling baru dan dibanggakan di Palembang. Hehehe. Iya, Palembang sudah punya LRT dan salah satu stasiun LRT ada di Bandara SMB II. Ada 13 stasiun LRT yang telah beroperasi pada tahun 2018 ini. Begitu keluar dari pintu kedatangan, kita bisa jalan kea rah Skybridge yang menghubungkan bandara dengan stasiun LRT. Tarif sekali naik LRT dari dan ke stasiun bandara hanya Rp 10.000, -. Kita bisa turun di stasiun yang paling dekat dengan tempat tujuan.

LRT dari Bandara Palembang

Bagi pecinta transportasi online, sebenarnya BRT Trans Musi atau LRT bisa menjadi alternatif solusi ā€˜ke luarā€™ dari Bandara dan mencari transportasi online. Hal ini lah yang biasa dilakukan beberapa teman. Walaupun LRT ini tidak lewat daerah rumah saya, tapi beberapa teman bilang adanya LRT membantu mereka untuk menghemat ongkos. Mereka akan turun di stasiun yang paling pas untuk melanjutkan perjalanan ke rumah dengan ojek online.


Nah, demikian transportasi yang bisa dicoba atau dipilih kalau berkunjung di Palembang via Bandara Sultan Mahmud Badaruddin II. Mau keliling kota Palembang sama saya? Boleh juga kok šŸ˜€

 

Mencoba LRT Palembang Bareng Anak, Ini Tipsnya!

Adanya Light Rail Transit (LRT) Palembang yang mulai beroperasi pada 1 Agustus 2018 lalu tentu mengundang perhatian masyarakat. Ya, banyak warga Palembang bahkan dari kota lain di luar Sumatera Selatan yang juga ingin mencoba LRT pertama di Indonesia ini. Demikian juga dengan saya.

Ingin mencoba LRT sebenarnya kelanjutan dari sesi pengenalan transportasi umum ā€˜di dunia nyataā€™ kepada anak. Setelah sesi sebelumnya saya mengenalkan bus Transmusi, kali ini saya mengenalkan dengan LRT.

Baca juga : Menjajal Naik LRT Pertama di Indonesia, Apa Rasanya?

Membawa anak (usia batita) naik LRT di saat antusiasme warga sedang tinggi-tingginya tentu cukup menantang karena bisa dipastikan tantangan utamanya adalah keramaian. Sebagai orang tua, kekhawatiran anak rewel dan tantrum di tempat umum pasti ada. Anak tantrum di tempat umum yang sepi aja bisa jadi perhatian, apalagi di tempat umum yang ramai, bisa menjadi artis mendadak kita. Oleh karena itu, sebisa mungkin saya membuat anak tetap bisa nyaman selama perjalanan.

Ini dia tips mencoba LRT dari saya.

Makan sebelum perjalanan

Perut kenyang, anak tenang. Selama saya hidup plus selama menyandang status sebagai orang tua, konsep tersebut harus saya akui benar adanya. Jangankan anak, saya saja kalau lapar tingkah lakunya bisa menyebalkan.Selama perjalanan dengan LRT, kita dilarang untuk makan dan minum. Kondisi penumpang saat ini memang masih banyak yang acuh pada larangan tersebut. Namun, ada baiknya kita mengajarkan hal positif pada anak untuk mematuhi peraturan, benar kan?

https://photos.app.goo.gl/g8HK3HnZzAuBrEAy8
Perjalanan dari stasiun Bandara ke stasiun DJKA (ujung ke ujung) bisa memakan waktu hampir 1 jam. Kalau kondisi kita sedang kelaparan bisa jadi perjalanan jadi tidak menyenangkan lagi. Oleh karena itu, ada baiknya makan dahulu sebelum mencoba perjalanan dengan LRT.

Kita bisa saja mengisi perut selama menunggu kereta datang di stasiun atau peron karena ada tempat-tempat duduk dan disediakan juga tempat sampah. Di stasiun bandara juga terdapat minimarket di area skybridge. Sementara itu, di stasiun lainnya juga tak jauh dari tempat makan, bahkan untuk Stasiun Bumi Sriwijaya dan Stasiun DJKA dekat dengan mall.

 

Gunakan e-money

Pembayaran karcis LRT bisa menggunakan tunai dengan membeli karcis di loket, namun jumlahnya masih dibatasi. Kalau kita kehabisan karcis untuk jadwal yang paling dekat, kita harus menunggu loket buka untuk kereta berikutnya. Menunggu itu menyebalkan kan?

Kalau tidak mau terlalu menunggu, kita bisa gunakan e-money seperti BSB-cash, e-money Mandiri, Tapcash BNI, Flazz BCA, atau BRIZZI BRI. Jika kita sudah memiliki salah satunya, kita bisa menginisiasinya terlebih dahulu di loket. Kemarin sih, waktu saya mencoba menginisiasi tidak perlu ikut antrian yang ingin membeli karcis kertas. Selain itu, ada pula bank yang membuka penjualan e-money di stasiun LRT dan telah aktif, tidak perlu diinisiasi lagi.

https://photos.app.goo.gl/uTvdUxggerqA1jzq7

Dengan menggunakan e-money, kita bisa bergerak lebih cepat untuk masuk ke peron lalu lebih santai. Selain itu, untuk scan e-money di mesin masih lebih cepat dibanding dengan karcis kertas. Baik karcis kertas maupun e-money menjadi alat untuk keluar masuk peron (dengan melakukan tapping di mesin scan). Satu lagi kelebihan pakai e-money buat saya, karcis kertas lebih gampang keselip sementara e-money bentuknya lebih keras dan jadinya lebih mudah dijaga.

 

Pilih gerbong yang sepi

Duduk tentu akan lebih nyaman dibanding berdiri, apalagi kalau bawa anak tanpa gendongan. Berdiri? Ya bisa gempor lah ai bawa gembolan depan (anak) plus belakang (tas gembolan beneran).Begitu penumpang dipersilahkan naik ke kereta, biasanya gerbang paling depan menjadi tujuan utama sementara yang di belakang cenderung dicuekin. Kasihan sama yang dicuekin, marilah kita beri perhatian lebih.

https://photos.app.goo.gl/7vpbvc2yzGVimLPr5

Gerbong paling belakang yang biasanya diacuhkan orang-orang ternyata bisa memberikan keuntungan yaitu tempat yang lebih sepi. Paling tidak, anak bisa mendapat tempat duduk. Anak pun bisa duduk dengan nyaman.

Jika ingin mencoba LRT, kita bisa memilih jadwal yang agak pagi (sebelum jam 9) dan stasiun paling ujung (Bandara atau DJKA). Biasanya, masyarakat belum banyak yang mencoba LRT pada waktu tersebut. Stasiun paling ujung juga memungkinkan kita kebagian tempat duduk dibanding naik dari stasiun tengah-tengah perjalanan.

 

Ajak anak melihat sekitar sambil belajar

Tentu tak salah jika membanjiri anak dengan informasi yang baik. Toh tujuan awal mencoba LRT juga karena ingin mengenalkan anak pada transportasi umum.Untuk anak usia Mahira yang mulai banyak mengucap kata baru dan kadang bertanya apa itu? Saya mencoba mengenalkan dengan hal-hal kecil yang ada di sekitar.

https://photos.app.goo.gl/N2BXYF1RaEjvemSh9

Sejak di stasiun LRT, kita bisa mengenalkan profesi mulai dari penjaga loket, sekuriti, karyawan PT KAI, atau petugas lainnya yang ada di lingkungan tersebut. Kita juga bisa mengenalkan dengan kereta LRTnya sendiri, perjalanannya berapa lama, apa yang akan dilewati, belajar bahwa harus mengantre, melakukan tapping kartu di mesin, dan lain-lain.

Banyak aktivitas seru yang bisa dilakukan sembari memberikan informasi bagi anak. Belajarnya jadi tak terasa, bahkan bisa lebih menyenangkan.

 

Lakukan hal yang disukai oleh anak

Membiarkan anak melakukan hal yang disukai tentu bisa membuatnya lebih nyaman. Jika anak suka berfoto, tak apa mengabadikan momen menaiki LRT pertama di Indonesia ini. Atau bagi anak yang suka menunjuk dan mencari sesuatu, kita bisa membuat permainan mencari masjid atau Alf*mart yang dilewati.

https://photos.app.goo.gl/ZirwjxBNB73GFbFo7

Anak juga bisa berjalan-jalan atau melatih kekuatan otot dengan bergantungan. Tapi, lakukan ini kalau kereta dalam kondisi tidak penuh ya.

Dalam menaiki transportasi umum, tentu ada peraturan yang harus dipatuhi seperti mengantre saat membeli tiket, mendahulukan yang keluar terlebih dahulu, tidak makan dan minum selama di kereta, tidak mengangkat kaki di tempat duduk, tidak duduk di lantai, dan lain-lain. Kadang, orang tua ingin membuat anak nyaman dengan cara apapun. Tentunya, tetap patuhi peraturan yang berlaku karena itu juga sebagai contoh perilaku positif kepada anak.

Selamat mencoba LRT Palembang šŸ™‚

Menjajal Naik LRT Pertama di Indonesia, Apa Rasanya?

Sejak pindah ke Palembang pada tahun 2011 lalu, rasanya pembangunan kota ini cukup banyak. Tak hanya adanya mall atau tempat makan baru, hotel-hotel juga semakin menjamur. Ya, Palembang kerap kali menjadi lokasi event-event internasional, khususnya di bidang olah raga. Sea Games 2011, Islamic Solidarity Games 2013, dan ASEAN University Games 2014 adalah event olah raga internasional yang pernah dilaksanakan di Palembang, yang memiliki pusat olah raga Jakabaring Sport City (JSC). Pada tahun 2018 ini, Palembang menjadi tuan rumah event besar lainnya yaitu Asian Games 2018.

Walaupun untuk event ini Palembang join dengan Jakarta sebagai tuan rumah, tapi antusias pemerintah daerah untuk menjadi tuan rumah yang baik sangat terasa. Perbaikan dan penambahan venue serta wisma atlet dilakukan di Jakabaring. Sarana transportasi lain pun dibangun oleh pemerintah yaitu Light Rail Transit (LRT).

LRT Palembang (ada juga yang menyebut LRT Sumsel), merupakan LRT Pertama di Indonesia. Ya, sejarah baru tentunya untuk transportasi Indonesia. Walau pada saat pembangunan sebagai warga saya juga pernah berkeluh kesah karena timbulnya efek macet serta jalan-jalan yang tertutup seng jadi tampak tak indah, setelah melihat hasilnya, saya pun tak sabar untuk mencobanya. Oh iya, LRT ini selain menjadi yang pertama di Indonesia juga menjadi LRT pertama di dunia yang melintasi sungai.

Diresmikan pada 15 Juli 2018 oleh Presiden Joko Widodo, LRT ini secara resmi mulai beroperasi terbatas pada 1 Agustus 2018. Nantinya, pada perhelatan Asian Games mulai 18 Agustus ā€“ 2 September 2018, LRT akan lebih difokuskan pada transportasi atlit, baik untuk kedatangan dari bandara sampai ke penginapan di Wisma Atlit JSC maupun untuk transportasi ke venue seperti Stadion Bumi Sriwijaya.

Sejak mulai beroperasi terbatas, banyak masyarakat yang berkeinginan mencoba. Karena saya juga belum mencoba, saya juga termasuk yang penasaran dan antusias untuk mencoba. Danā€¦..akhirnya, saya pun sukses menjajal LRT pertama di Indonesia beberapa waktu lalu.

Dari 13 stasiun yang ada, hanya 6 stasiun yang sudah beroperasi dan menjadi tempat pemberhentian LRT, yaitu Stasiun Bandara, Stasiun Bumi Sriwijaya, Stasiun Cinde, Stasiun Ampera, Stasiun Jakabaring, dan Stasiun DJKA / Opi Mall. Karena antusiasme warga yang besar dan saya membawa anak, saya memilih naik dari stasiun paling ujung yang dekat rumah, yaitu Stasiun Bandara. Alasannya, supaya dapat tempat duduk. Untuk jadwal LRT, bisa dilihat di instagram @lrt_palembang

Jika kita ingin naik LRT dari Stasiun Bandara SMB II, kita dapat naik dari dekat area pintu keberangkatan. Ada eskalator yang mengantarkan kita ke Skybridge menuju Stasiun Bandara. Hiasan songket warna-warni hadir di sisi eskalator. Ada pula gerai makanan dan minuman. Eh, tapi di LRT gak boleh makan ya, kita bisa makan di area stasiun. Papan penunjuk juga lengkap. Ornamen gerombolan ikan belida yang terbang menambah semarak isi skybridge.

https://photos.app.goo.gl/WYp3JgnCRyEEwJFb8

 

https://photos.app.goo.gl/zCnwThKqXtJGSy2A6

Sesampai di stasiun, saya segera menuju loket untuk membeli karcis. Saya sempat kaget, karena dibilang karcis manual untuk kereta yang akan datang sudah tidak dapat dibeli. Oh, mungkin karena beroperasi terbatas, jadi jumlah pengguna dibatasi, begitu pikir saya. Sebenarnya, untuk naik LRT kita juga dapat menggunakan e-money (electronic money) seperti BSB-cash, e-money Mandiri, Tapcash BNI, Flazz BCA, atau BRIZZI BRI. Jika sudah memiliki e-cash, kita harus menginisiasi terlebih dahulu di loket supaya bisa terbaca di mesin scan LRT. Namun, jika kita membeli e-cash di stasiun (ada petugas yang menjual juga biasanya), tidak perlu diinisiasi lagi. Hanya perlu isi saldo karena biasanya kosong.

https://photos.app.goo.gl/hetbcoUwxAQ6QLZ88

Saya memilih menggunakan karcis manual di awal karena teman hanya punya 1 e-money dan khawatir saldo tidak cukup. Karena sudah dibilang tutup kita ingin menunggu kereta berikutnya. Tapi, ada rombongan yang menawarkan karcisnya pada kami karena anggota rombongan lainnya ternyata belum datang.

Kami pun masuk ke Peron 1 setelah men-scan karcis manual di mesin. Oh iya, untuk karcis manual, agak tricky sih. Karcis tidak boleh ditempel ke mesin scan (ada jarak ke mesin). Untung ada petugas yang membantu karena beberapa kali gagal. Karcis juga tidak boleh hilang karena digunakan untuk keluar di stasiun tujuan nanti. Harga tiket dari Bandara adalah Rp 10.000,-. Oh iya, untuk tarif untuk anak masih tidak terlalu jelas. Mirip dengan pengalaman saya saat naik Trans Musi. Petugas loket hanya bilang, kalau anak digendong saat masuk peron ya tidak usah bayar. Wah, kalau nanti bawa stroller gimana ya?

Baca juga : Mengajak Anak Naik Trans Musi & Becak di Palembang

Penumpang diminta menunggu kedatangan kereta di Peron 1. Eh, kereta ternyata datang di Peron 2. Mungkin ini siasat juga, agar penumpang yang turun mendapat haknya turun duluan dan penumpang yang naik juga dilatih bersabar. Setelah penumpang semua turun, baru penumpang yang akan naik dikondisikan untuk berpindah ke Peron 2. Semua langsung berebut masuk LRT. Rombongan kami? Santai saja menuju gerbong paling belakang yang tidak banyak dilirik penumpang lain.

Pintu LRT pun menutup. LRT siap melaju menuju stasiun lainnya. Jujur saja, saya sempat melakukan kesalahan karena membiarkan anak mencoba berdiri di tempat duduk. Hal ini sebenarnya dilarang dan anak ā€˜seperti diajariā€™ tidak menghargai transportasi umum. Sempat khawatir sandal anak kotor, kita bisa membantu petugas mengelap tempat duduk dengan tisu atau tisu basah. Atau kalau memang anak (kadang suka susah dikondisikan) meminta berdiri, lepas dulu alas kakinya. Tapi kalau bisa, jangan biarkan anak berdiri di kursi ya.

https://photos.app.goo.gl/JJMjAqjrVmTfoWPR6

https://photos.app.goo.gl/keddDB1LGQ5THWqk6

Saat ini, baru ada 6 stasiun LRT yang telah beroperasi yaitu Stasiun Bandara, Stasiun Bumi Sriwijaya, Stasiun Cinde, Stasiun Ampera, Stasiun Jakabaring, dan Stasiun DJKA. LRT pun akan berhenti di enam stasiun tersebut. LRT saat ini masih belum terlalu cepat memang. Dari beberapa infografis yang seliweran di Instagram, dikatakan waktu tempuh dari stasiun awal ke akhir adalah 49 menit. Ketika saya mencobanya, masih sekitar 60 menit.

Sebuah pemandangan berbeda akan terasa ketika kereta melintasi Sungai Musi. Menyebrangi daerah ulu dan ilir Palembang kini tak hanya bisa via Jembatan Ampera saja, tetapi juga dengan LRT. Kami pun turun di Stasiun DJKA sebagai stasiun terakhir. Untuk Stasiun DJKA ini, terdapat skybridge menuju OPI Mall yang bisa ditempuh dengan jalan kaki sekitar 10 menit. Lumayan ya, gendong anak bikin gejebres baju basah kuyup.

https://photos.app.goo.gl/7VGnSvSr55JMJ1ZPA

Ketika kami kembali lagi ke Stasiun DJKA setelah mengisi perut dahulu di OPI Mall, stasiun sudah mulai padat. Memang, antusiasme warga Palembang masih tinggi terhadap LRT ini. Semua ingin mencoba dan merasakan LRT pertama di Indonesia. Banyak rombongan yang datang. Loket tiket sudah ditutup mengingat penuhnya penumpang. Saya melihat ada penjual BNI TapCash dan akhirnya membelinya karena edisi Asian Games serta dibilang tak perlu ke loket lagi untuk inisiasi sudah bisa langsung masuk ke peron. Daripada menunggu loket buka dan kereta selanjutnya datang 1 jam kemudian, saya dan teman pun akhirnya memilih membeli TapCash dan bisa masuk kereta jam 11.40.

Di Stasiun DJKA, terdapat sebuah lift. Sayangnya lift tersebut belum bisa digunakan. Ketika saya ingin naik lift saja (karena bawa anak), dilarang pertugas karena khawatir liftnya macet.

Kondisi di siang hari kereta lebih padat. Sayangnya, memang kesadaran masih kurang. Masih ada yang makan minum di LRT. Seringnya anak-anak yang memang diberikan oleh orang tuanya. Ya, kadang susah memang, anak bisa saja naik dalam kondisi lapar. Ada pula remaja tanggung yang memilih duduk di lantai. Walau sudah ada larangan bentuk sticker masih banyak pelanggaran.

https://photos.app.goo.gl/9dmVQ18YuosXKkR48

https://photos.app.goo.gl/gg2i97bwMfn5Y4SH7

Setelah 1 jam perjalanan, kami pun tiba kembali di Stasiun Bandara. Tumpukan penumpang terjadi. Rombongan yang keluar dari kereta harus beradu dengan penumpang yang sudah tak sabar ingin naik LRT dari Stasiun Bandara. Belum lagi antrian di loket yang juga panjang.

Cukup wajar jika LRT pertama di Indonesia ini menjadi rebutan para masyarakat untuk mencoba. Jujur, saya sendiri bangga karena akhirnya Indonesia punya LRT. Semoga perkembangan transportasi di Indonesia semakin maju lagi.