Common Ground Palembang @ SOMA

“Nun, kemarin aku nyoba Common Grounds yang di SOMA baru itu,” ujar Mba Lin membuka percakapan pagi.
“Wah, enak ga? Makan apa di sana mba? Bukannya itu tempat ngopi aja ya?” tanya saya sok tau.
“Si Ank makan kayak steak, mayan lah. Tempat ngopi sih, tapi makannya enak juga kok.” ujar Mba Lin lagi.

Wah menarik nih kalau ada steak-steak-annya. Secara, saya pecinta daging-dagingan model keringan gitu (dendeng, daging goreng, steak). Ya, walau gak nolak juga kalau dikasih rendang.

Akhirnya ajuin proposal dulu ke Bojo. Proposal permohonan makan steak dari istri yang (ngakunya) udah lama gak makan steak. Hihi, gak tau aja dia kemarin di Jakarta ke Holycow. Wehehehehe.

Baca juga : Kerinduan Holycow! yang Akhirnya Terbayarkan di TKP Halim

Seperti biasa, walau hari Minggu saya udah masak, biasanya porsinya ya cuma buat 2 kali makan. Entah siangnya jajan di luar, atau sore sekalian malam jajannya. Berhubung kemarin sore ke daerah Plaju dan bingung mau ke mana lagi. Akhirnya mutusin pulang, di jalan saya bilang (kode),”Kalau mau jajan, jajannya sekalian sekarang aja, soalnya lauk sisa dikit.”

Akhirnya si Bojo ngebelokin mobil ke SOMA (SOcial MArket). Wah kesempatan, mari kita ke Common Ground. SOMA ini bisa dibilang sebuah area yang kebanyakan isinya adalah tempat makan, tempat ngopi, dan tempat nonton. Dulu sempat ada Holycow di sini, tapi sekarang sudah tutup dan tenant yang bertahan urusan perut adalah Pancious, Pangkep 33, Terassa, Pasarasa, Potsuki, Tokopi, dan Common Ground. Urusan nonton, ada CGV di lantai paling atas. Eh, ada yang baru juga, ada barbershop dan reflexology sekarang di SOMA.

Yang jelas, untuk urusan tempat makan yang fancy-fancy, SOMA ini juaranya deh.

 

Oke, balik ke Common Ground.

 

Common Ground ternyata adalah gerai kopi yang berawal dari Jakarta. Kota Palembang merupakan kota pertama Common Ground di Pulau Sumatera. Selain di Jakarta (Neo Soho, Citiwalk, dan PIM 2), Common Ground juga buka di Surabaya dan Bandung.

Sentuhan industrial cukup terasa di Common Ground ini. Beberapa pipa-pipa besi terpasang di langit-langit area makan. Oh iya, area makannya sendiri ada indoor dan outdoor. Jadi, buat yang suka dengan angin alami, bisa menikmati area luar.

https://photos.app.goo.gl/ODKiFYQkKjToZYx32

Begitu kita masuk ke dalam, ada area untuk pembuatan minuman. Yang jelas sih, sebuah mesin kopi tampak dari kejauhan. Bisa jadi, kalau penasaran sama proses penyeduhan kopi, pelanggan bisa ngintip-ngintip dikit atau malah ngedatengin dan nanya-nanya sama baristanya.

Tentu saja saya milih yang bisa senderan empuk-empuk. Common Ground juga menyediakan baby chair untuk pelanggan yang membawa anak kecil. Sayangnya si bocah lagi ogah banget duduk di baby chair.

Lanjut urusan makanannya.

Jam buka Common Ground ini dari jam 7 pagi sampe 23.30 malam. Jadi, menu yang ditawarkan pun mulai dari menu sarapan sampai cemilan-cemilan sebelum nonton midnight. Eh, ada midnight gak sih di CGV?

Pilihan menunya di Common Ground jenisnya ada untuk brunch, main dish, sweets yang manis-manis kayak waffle. Minumannya selain kopi, ada beragam pilihan teh, serta jus buah. Sehat pokoknya.

Walaupun ini condong ke tempat ngopi, kami berdua tidak memesan kopi sih. Emang kopi bisa bikin tahan ngadepin anak Tapi,anak suka minta, ntar dia ga tidur-tidur lagi. Kalau dilihat dari tampilannya, saya yakin kopi di sini kualitasnya cukup tinggi.

Saya sih jelas ya, maunya milih yang daging-dagingan. Gak mau ayam soalnya udah masak ayam. Sempat bingung milih Steak & Eggs yang isinya Sirloin 150 gram tapi pakai telor atau Steak yang 200gram. Ceritanya sayang anak (alias pengen hemat), jadi pilihlah Steak & Eggs yang ada telornya secara bocah suka telor ceplok kuningnya aja. Suami awalnya niat makan Dorry Rice with Sambal Matah tapi ngeliat orang sebelah makan burger segede gaban, dia akhirnya milih Gourmet Beef Burger. Untuk minumnya, yang aman aja buat anak Ice Lemon Tea.

https://photos.app.goo.gl/ezXvORxaLIcQZc2e2

Seperti biasa, minuman akan disajikan duluan untuk menghabiskan waktu menunggu makanan datang. Tak terlalu lama rasanya untuk menunggu hidangan disajikan. Sekitar 10-15 menitan lah.

Sejujurnya, kami sempat ngerepotin mas-mas dan mba-mba di Common Ground ini. Ceritanya si bocah mau minum dan yeah kayak orang gede, maunya megang gelas sendiri dan dibalikin ke meja gak mau. Akhirnya dia pegang-pegang gelasnya, dan berakhir numpahin segelas iced lemon tea ke tempat duduk yang sofa panjang. Akhirnya pindah meja dan ya mas dan mbanya jadi kerepotan ngeringin tempat yang ketumpahan air tadi. Maaf lagi ya mba mas.

Dan, yaaaaaaaaaaa akhirnya Steak & Eggs saya dan Gourmet Beef Burger Bojo datang juga.

 

Steak & Eggs (130k)

Seperti namanya Steak & Eggs ini ya isinya daging steak yang ternyata sudah diiris tipis-tipis dan dipotong-potong juga, telor 2 buah yang digoreng, dan salad. Dagingnya gak terlalu banyak ya, 150 gram sirloin. Di menu sih dibilangnya Australian Sirloin. Untuk daging, seperti biasa, saya sukanya well done. Sementara telornya, di menu sih gambarnya sunny-side up ya, yang itu tuh, dimasaknya cuma 1 sisi jadi kuningnya gak mateng banget, pas dibelek mbleber. Uh, enak. Tapi inget anak, dia doyan yang mateng, jadi urung ahehe. Ada french friesnya juga dan ini porsinya banyak banget menurut saya. Serta salad yang ada seladanya dan tomat cherry. Untuk menu ini, sausnya disediakan hanya saus tomat dan sambal biasa.

https://photos.app.goo.gl/DETgdRGtogzwPIPG2

Topping saladnya gak terlalu banyak menurut saya. Untuk sayurannya sendiri cukup fresh ya. Nebak-nebak sih, ini sayuran yang kalau di supermarket labelnya ada Berastagi-Berastaginya itu. Dagingnya beneran well done, tapi walaupun tipis dan cukup kering, masih oke juga kok buat dikunyah. Kalau ngarepin juicy, ya jelas susah juga ya kalau modelnya tipis. French friesnya garing banget, ada potongan sayuran kering nempel di atasnya. Bocah doyan banget ternyata yang kering-kering. Dagingnya juga dia mau. Telornya yang awalnya buat dia malah gak disentuh karena terdistraksi kentang. Heleh.

Gourmet Beef Burger (99k)

 

Kalau Gourmet Beef Burger, tentu saja isinya burger, dengan pendamping french fries dan onion ring. Untuk onion ringnya, menurut saya crispy banget. Untuk french friesnya juga bisa dibilang banyak banget dengan tampilan dan rasa yang sama seperti di Steak & Eggs saya. Nah, urusan burgernya nih. Daging burgernya itu tebel pake banget tapi empuk sih. Gampang dikunyahnya. Untuk Gourmet Beef Burger, bojo yang biasa makannya banyak aja sampai nyerah sih, ngasih-ngasih dagingnya ke saya.

https://photos.app.goo.gl/msGgOOIoKuZal5yk2

Iced Lemon Tea (35k)

https://photos.app.goo.gl/IOYJfN9V3hAvgqpI2

Lemon teanya sendiri menurut saya gak terlalu asem-asem banget ya. Soalnya anak juga mau-mau aja gitu. Biasanya kalau asem banget dia bakal nolak. Seger deh dan beneran ada potongan lemonnya juga.

 

Overall, Common Ground ini puas dan ngenyangin. Enak banget sebenernya buat makan sambilsantai-santai. Range harga makanannya sekitar 30k sampai 150k. Untuk minumannya mulai dari 35k. Makan bisa lama banget nih di sini, secara porsinya juga gede. Nah, buat ngabisin porsi yang gede dan enak itu rasanya pengennya menikmati dengan santai dan pas banget deh suasana Common Ground Palembang ini.

https://photos.app.goo.gl/BD8xTCE4LJvveJXx1

 

Social Market (SoMa) GF Blok A1,
Jl. Veteran No. 999,
Palembang, Sumatera Selatan. Indonesia
Instagram : @commongroundplg

Kerinduan Holycow! yang Akhirnya Terbayarkan di TKP Halim

Bulan Februari 2016 lalu, Steak Hotel by Holycow! buka cabang (TKP) di Palembang. Sebagai pecinta steak, rasanya seneng banget akhirnya steak ternama dari Jakarta muncul di Palembang, apalagi kalau kita ulang tahun kita bisa nikmatin free buddy steak. Sayangnya, saya nggak pernah bisa nyicipin free buddy steak ulang tahun Steak Hotel by Holycow! di TKP Palembang. Ketika saya ngerayain ulang tahun di tahun 2016, saya lagi ada di Jakarta dan akhirnya makan di Holycow! Steakhouse by Chef Afit. Sementara itu, waktu mau cari gratisan di tahun 2017, ternyata Holycow! yang di Palembang udah tutup.

Uh, sedihnya! Makanya, jangan mental gratisan mulu….hahaha

Walau ngakunya pecinta steak, saya jarang-jarang bisa makan steak di Palembang. Selain karena jarang tempat yang enak (dulu ada The Butcher Steak yang lumayan sekarang udah tutup juga), Bojo juga kurang suka steak jadinya kan ga enak kalau saya makan sendiri di restoran steak tapi dia malah gak makan. Dan akhirnya…..puasa steak enak terbayarkan juga saat me-time ke Jakarta.

Yaelah, gaya amat ya me-time di Jakarta….hehehe

Senin lalu, saya dapat undangan lagi ke kantor Sekretariat Negara. Karena pesawat sore dengan Batik Air adanya dari Bandara Halim Perdana Kusuma, akhirnya saya pulang ke Palembang via Bandara Halim. Jarang banget sih saya ke bandara ini. Saya cuma inget ada Beardpapa buat camilan, Starbucks dan Periplus di ruang tunggu. Duh, kalau saya laper berat gimana? Eh, ternyata hasil googling ketemu deh kalau ada Steak Hotel by Holycow! di Bandara Halim.

Kadang, emang ada hal-hal yang belum diberikan oleh Allah, tapi diganti dengan hal lainnya yang juga membahagiakan 😀 Iya, awalnya kesel sih saya gak pulang via Bandara Soekarno Hatta, soalnya kan jadi gak bisa ngerasain kereta bandara baru. Tapi, ternyata saya dikasih kesempatan jajan steak yang udah lama gak bisa saya nikmatin.

*langsung nyanyi lagu Raihan – Thank You Allah* **sok-sokan anak nasyid**

Kelar check-in, saya langsung beli Beard Papa buat oleh-oleh, terus ke luar dari area orang-orang check in dan menuju Holycow! TKP Halim. Interior dari Holycow! TKP Halim ini menyesuaikan lokasi yang berada di bandara. Ada beberapa pesawat-pesawatan yang tergantung dekat meja kasir, ada tempelan dengan gambar pesawat, serta barang-barang lain yang biasanya digunakan petugas bandara seperti helm safety yang digantung.

https://photos.app.goo.gl/wuvHhljAwZKOMUcg1

https://photos.app.goo.gl/y45f14P5sBvBX4gf2

Sebagai seorang yang sendirian, saya milih duduk di pojokan. Iya, biar gak keliatan sendiriannya, padahal mah sama aja. Hehehe. Mas-mas berbaju hitam sigap membawakan buku menu ke meja saya. Hmmm, kok pengen ini pengen itu banyak sekali. Rasanya semua pengen dipesen. Ah tapi, sudahlah, yang biasa aja Australia Tenderloin dan Ice Lemonade biar lemaknya langsung luruh (rasa-rasa aja, ini sih pembelaan diri semata).

https://photos.app.goo.gl/z4laFgz2FXRiDBTB2

https://photos.app.goo.gl/8TZdeLUu299zL3x53

Untuk resto steak yang kualitasnya lumayan, biasanya kita bakal ditanya kentangnya bentuk mashed potatoes (ditumbuk) atau french fries (potongan kentang goreng). Saya sendiri prefer mashed potatoes sih, karena kentang goreng buat dicemil aja. Selain itu juga akan ada potongan sayurnya, di awal mas-masnya bilang, sayurnya cuma ada buncis (biasanya ada tomat cherry atau bayam juga), dan buat saya sih it’s okay karena saya suka nyemilin baby buncis. Oh ya, terus akan ditanya juga saucenya mau apa, kalo aku lebih suka blackpepper. Selain blackpepper, ada juga sauce mushroom dan bbq. Oh iya, tingkat kematangan daging juga bakal ditanyakan, buat yang suka juicy bisa pesan rare. Tapi karena kebiasaan, saya pesan well-done yang artinya daging akan dimasak secara matang dengan sempurna.

Namanya juga pesan well-done, artinya ya saya kudu siap nunggu lama karena kan masak dagingnya juga lama. Sekitar 30 menitan akhirnya makanan saya datang juga. Australian Tenderloin well-done telah hadir di piring dengan warna kecoklatan. Tekstur luar garing dan sedikit keras. Ketika dagingnya saya potong, bagian dalam pun sudah coklat, tak lagi ada kemerah-merahan. Walaupun begitu saya merasa masih ada sedikit sensasi juicy ketika dipotong. Jadi ya gak terlalu kering juga dan masih enak buat dikunyah.

https://photos.app.goo.gl/jt7tSx6IJP39fjsB3

Untuk side dish atau makanan pendamping, porsi mashed potatoesnya tidak terlihat banyak, tapi ternyata cukup mengenyangkan. Baby buncisnya juga sudah dimasak sebentar, tak terlalu keras. Tanpa sauce blackpepper, baby buncisnya terasa sedikit asin. Untuk sauce blackpeppernya sendiri, beneran enak ya. Berasa banget.

Untuk harga sendiri, sepertinya sih mengalami kenaikan dibanding 2 tahun lalu *yaeyalaaaah, harga lain juga banyak yang naik*. Tapi saya gak bisa bandingin apakah harga di TKP bandara ini lebih mahal dari TKP lainnya. Biasa kan gitu ya, harga makanan bandara lebih mahal.

Overall saya puas, rindu akan steak enak akhirnya terbayar juga. Pulang ke Palembang perut udah terisi penuh dan bibir pun senyum senyum bahagia.
Ohyeah. Tapi puasa makan steak lagi.

https://photos.app.goo.gl/j1JFGdUftjiAluQr1

Steak Hotel by Holycow! TKP Halim
Jl. Komodor Halim Perdana Kusuma No.15, RT.1/RW.9, Halim Perdana Kusumah, Makasar, Kota Jakarta Timur, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 13610
Open Everyday : 06.00 – 22.00
Budget per person : Rp 150.000 – Rp 250.000,-

Menjejak Dieng Negeri di Atas Awan, Tempatnya Para Dewa

Sebagai keluarga perantauan, mudik menjadi saat-saat yang menyenangkan karena kita bisa berkumpul dengan keluarga di kampung halaman. Biasanya, kita akan bernostalgia dengan kampung halaman atau mungkin hanya bersantai di rumah saking kangennya sama keluarga. Rasanya ketika mudik malah ke luar rumah untuk bermain rasanya agak gimana gitu, gak enak sama keluarga. Hal itu pun biasanya saya lakukan. Kalau mudik ke Purbalingga, paling main cuma ke Purwokerto yang kurang lebih ditempuh dalam waktu 30 menit.

Biasanya mudik dilakukan di waktu tertentu seperti lebaran atau liburan sekolah. Namun, waktu-waktu tersebut biasanya jadi momen ‘rebutan’ cuti dengan rekan kerja lainnya. Berhubung anak belum sekolah, saya dan suami biasanya mengambil jatah cuti bukan saat liburan sekolah. Sayangnya, hal ini jadi gak sinkron sama kondisi di rumah. Ibu masih mengantar adik ke sekolah, keponakan juga masih sekolah. Akibatnya, di rumah jadi sepi dan malah pengen main-main ke luar rumah.

Sebenarnya di daerah Purbalingga sendiri banyak wisata alam seperti curug, kebun strawberry, atau tempat lainnya. Bisa cek di instagram Wisata Purbalingga ini. Tapi, saya pengen mencoba ke tempat lain. Setelah labil mau ke pantai di Cilacap atau daerah gunung di area Banjarnegara dan Wonosobo, akhirnya kami memutuskan ke Dieng saja karena Bojo pengen makan Mie Ongklok di Wonosobo.

***

Dieng, Negeri di Atas Awan

Dataran Tinggi Dieng, sering dikenal dengan nama Dieng saja, adalah salah satu kawasan yang berada di wilayah Kabupaten Banjarnegara dan Kabupaten Wonosobo. Kawasan Dieng ini masih merupakan kawasan vulkanik (gunung berapi) aktif. Di pertengahan bulan September lalu, Kawah Sileri, salah satu kawah di Dieng sempat dinyatakan sedang aktif dan memiliki status waspada.

https://photos.app.goo.gl/Vy2cF6Y0iRCViOGp2

Jarak Purbalingga ke Dieng sekitar 90 km, kurang lebih 2 jam perjalanan dengan mobil yang kami tempuh melalui jalur arah Banjarnegara. Untuk wisatawan lain, menuju Dieng jika dari Jakarta dapat menggunakan kereta melalui Purwokerto lalu dilanjut bis ke arah Wonosobo. Bisa juga bis langsung menuju Wonosobo dari Yogyakarta, Jakarta, dan Bandung. Suguhan alam asri khas pegunungan dengan sawah yang membentang akan tampak saat mendekati Dieng. Jalanan memang berkelak kelok naik, namun tak terlalu membuat pusing atau tak nyaman di kendaraan.

Dataran Tinggi Dieng memiliki ketinggian 2.093 mdpl dan berasal dari bahasa sansekerta yaitu ‘Di’ yang memiliki arti tempat tinggi dan ‘Hyang’ yang memiliki arti kayangan. DiHyang alias Dieng dapat diartikan sebagai tempat tinggi untuk dewa dan dewi tinggal. Begitu memasuki kawasan Dieng, rasanya hawa dingin semakin terasa. Sempat saya mematikan Air Conditioner (AC) di mobil dan membuka jendela untuk menikmati udara segar khas pegunungan.

Kawasan Wisata Dieng memiliki beberapa tempat yang dapat dituju untuk melihat keindahan alam seperti kawah untuk melihat aktivitas vulkanik (Candradimuka, Sibanteng, Siglagah, Sikendang, Sikidang, Sileri, Sinila, dan Timbang), Telaga atau danau (Telaga Warna, Telaga Cebong, Telaga Merdada, Telaga Pengilon, Telaga Dringo, dan Telaga Nila), Gunung di sekitar yang dapat dinaiki sampai puncak ( Gunung Sumbing, Gunung Sindoro, Gunung Prau, Gunung Pakuwaja, Gunung Sikunir), serta kawasan candi untuk wisata sejarah (Candi Arjuna, Candi Semar, Candi Srikandi, Candi Puntadewa, Candi Sembadra, Candi Dwarawati, Candi Bima, dan Candi Gatotkaca). Awalnya ibu saya sempat menyarankan, kalau ingin melihat matahari terbit, lebih baik menginap di kawasan Dieng lalu sekitar jam 3 pagi ke arah Gunung Sikunir. Hanya saja mengingat anak yang masih 1,3 tahun rasanya hal itu terlalu memaksakan. Akhirnya, hanya beberapa area saja yang kami datangi di Dieng ini.

Kawah Sikidang

Kawah Sikidang termasuk daerah yang paling mudah dikunjungi dan dicapai karena medannya tidak terlalu berat. Saat saya datang, rombongan wisatawan asing juga datang dengan menggunakan bis. Sebelum memasuki area Kawah Sikidang ini, kita memasuki pasar yang berisi oleh-oleh khas Dieng seperti krupuk kentang, carica, purwaceng, serta sayuran khas Dieng seperti cabai dan kentang.

https://photos.app.goo.gl/vjRuivzGpACSUKex2

Bagi yang memiliki minat terhadap fenomena alam dan sains tentu akan sangat senang berkunjung ke kawah inikarena dapat melihat aktivitas vulkanik secara langsung. Hal lain yang bisa dilakukan adalah menyusuri kawah dengan jalan kaki atau motor trail. Ada juga beberapa spot untuk foto-foto namun rasanya justru tidak menambah keindahan kawasan ini.

Komplek Candi Arjuna

Komplek Candi Arjuna berada di satu kawasan yang searah dengan Kawah Sikidang. Komplek candi ini terdiri dari beberapa candi yaitu Candi Arjuna, Candi Semar, Candi Srikandi, Candi Puntadewa, Candi Sembadra, Candi Dwarawati, Candi Bima, dan Candi Gatotkaca yang merupakan candi-candi Hindu.

https://photos.app.goo.gl/jYtERnnkDyNRmixt1

Secara arsitektur, candi di kawasan ini cenderung sederhana dan ukurannya tak terlalu besar. Di kawasan ini terdapat hamparan halaman yang luas yang bisa kita gunakan untuk bersantai karena dari area pintu masuk kawasan candi sampai area candinya sendiri kita perlu jalan sekitar 5 menit. Tiket masuk kawasan Candi Arjuna dan Kawah Sikidang hanya Rp 15.000,- saja. Cukup murah ya.

https://photos.app.goo.gl/5fYK66kbjtVOYysB3

Hal-Hal Yang Perlu Diperhatikan Saat di Dieng

Dieng merupakan daerah kawasan dataran tinggi. Tentunya, suhu dingin akan sangat terasa di daerah ini. Oleh karena itu, akan lebih baik jika membawa jaket untuk mengurangi rasa dingin, apalagi kalau bawa anak kecil, kita akan cenderung lebih memberi proteksi lebih untuk mereka.

Karena kawasan kawah Dieng masih cukup aktif dan mengandung belerang, ada baiknya kita memakai masker. Tenang, di area kawah ada penjual masker kok. Kita bisa membeli dengan harga yang cukup terjangkau.

https://photos.app.goo.gl/U5FvBb4q4ObPslMz1

https://photos.app.goo.gl/M66f3pjcLlWqdJrW2

Dieng memiliki kentang dan sayuran khas. Kentang Dieng berukuran kecil-kecil. Harga per bungkus cukup murah, sekitar 10.000 rupiah. Rasanya tak perlu menawar lagi, apalagi kalau melihat penjualnya adalah nenek-nenek 🙂 Kentang khas Dieng ini berbeda dengan kentang rendang walaupun ukurannya mirip. Saya biasanya mengolah dengan cara mengukus, lalu ditumis dengan butter, bawang, seledri, serta sedikit garam dan lada. Oleh-oleh lain yang bisa dibeli adalah manisan carica (buah khas Dieng), aneka kripik dan krupuk, edelweis, dan banyak lagi.

https://photos.app.goo.gl/haIHtHGpDkjG3Giu1

Di sekitar Dieng terdapat penginapan. Banyak homestay di sepanjang jalan menuju kawasan wisata Dieng.

Menuju Wonosobo untuk Makan Mie Ongklok

https://photos.app.goo.gl/gz5xoLhc4sjMEwXZ2

Mie Ongklok menjadi salah satu kuliner wajib ketika berkunjung ke Dieng. Mie Ongklok yang menjadi favorit banyak orang, termasuk saya adalah Mie Ongklok Longkrang di Wonosobo. Sebenarnya Mie Ongklok juga bisa ditemui di sekitar kota Banjarnegara, hanya saja cita rasa kuahnya berbeda. Mie Ongklok Longkrang yang konon sudah ada sejak tahun 1975 ini sudah masuk dalam rekomendasi Trip Advisor juga.

Mie ongklok adalah mie dengan kuah kental yang lezat. Mie kuningnya cukup lembut dan kuahnya pun sangat lezat dan hangat. Cocok untuk udara Wonosobo yang dingin. Kuah kental berwarna coklat tersebut berasal dari tepung tapioka dan diolah dengan campuran sayur kol. Rasanya cenderung manis gurih. Sajian lain yang ditawarkan untuk menemani makan mie ongklok adalah Sate Daging Sapi. Irisan daging sapinya tak terlalu besar dengan kuah pendamping kuah kacang yang sangat halus. Selain itu ada juga tempe kemul alias tempe selimut. Ya, kemul artinya selimut dalam Bahasa Jawa. Tempe kemul memiliki irisan tempe yang tipis, namun tepung yang banyak dan kering dengan taburan potongan daun kucai.

https://photos.app.goo.gl/Eqth4EsfgtQnTTuU2

https://photos.app.goo.gl/vM9SHvhd7mtVu4pp1

 

Mie Ongklok Longkrang ini dapat dibawa pulang dan jika ingin menikmati di rumah, cara menghangatkannya cukup unik. Yang dihangatkan adalah mienya bukan kuahnya. Mie kuningnya biasa dibungkus dalam plastik, lalu plastiknya kita bolongi dengan garpu dan dimasukkan ke dalam air panas atau air hangat. Setelah itu mie dapat dicampurkan dengan kuah dan kuahnya juga akan menjadi hangat juga lalu siap dinikmati. Tempe kemul juga wajib dibawa pulang untuk teman ngemil sepanjang perjalanan Wonosobo – Purbalingga.

***

Setelah pulang ke Purbalingga, terdapat penyesalan sedikit karena saya tidak membawa pulang kentang Dieng cukup banyak. Semoga jika mudik lagi, saya berkesempatan mampir ke Dieng lagi. Ingin memborong kentang 🙂 Dieng memiliki banyak pesona bahkan ada event tahunan Dieng Culture Festival. Rasanya ingin kembali ke Dieng dan berkeliling ke area wisata yang lebih banyak lagi.

https://photos.app.goo.gl/L6yTBEmWXjzkVRCc2

Resep Burger Mie Tempe

Jadi, ceritanya sih, saya pengen banget makan mie instan langsung yang dikremek (dihancurin) dari bungkusnya, kasih bumbu yang mecin itu, uh… mamamia lezatos..macem anak kecil jaman dulu aja ya. Tapi ga boleh ><

Padahal pengen banget bisa mengurangi jumlah konsumsi mie instan. Tapi…..uuuuuuh, godaan mie instan duh dahsyat banget deh.

Karena ceritanya pengen sehat juga, jadi, nyoba eksperimen deh, nyoba bikin mie yang bisa ada kriuknya pas makan dan terciptalah burger mie. Nah, kebetulan di rumah ga ada stok daging giling, dan cuma ada tempe, makanya burgernya jadi isi tempe hehehe.

Bahan :

  • Mie (saya pakai mie telor bulat)
  • 2 butir telur (1 untuk mie dan 1 untuk tempe)
  • Tempe
  • Lada
  • Garam

Cara masak :

Adonan Mie

  1. Untitled//embedr.flickr.com/assets/client-code.js
    1. Rebus mie seperti biasa, jangan terlalu matang / mengembang, tiriskan
    2. Campurkan mie dengan 1 butir telur, lada, dan garam, aduk rata
    3. Letakkan mie dalam wadah / Bentuk adonan menjadi lingkaran sebanyak 2 buah
    4. Diamkan adonan mie kurang lebih 30 menit dalam kulkas.
    5. Setelah itu, goreng adonan mie hingga matang (kecoklatan)

Adonan Tempe 

Untitled//embedr.flickr.com/assets/client-code.js

  1. Kukus tempe kurang lebih 15 menit
  2. Hancurkan tempe
  3. Campur tempe dengan 1 butir telur, lada, dan garam, aduk rata
  4. Bentuk adonan tempe menjadi lingkaran
  5. Goreng adonan tempe hingga matang (kecoklatan)

Nah, setelah semua adonan selesai digoreng, kita bisa menyusun burger dengan menambahkan keju, potongan timun, selada, serta saos sambal dan mayones.

Untitled//embedr.flickr.com/assets/client-code.js
Jadi deh, ceritanya sih pengen sehat, tapi tetep aja makan goreng-gorengan.

Mencicip Tropicana Slim Nutty Chocolate Cookies

Kemasan Tropicana Slim Nutty Chocolate Cookies menarik dengan tampilan warna kuning khas produk Tropicana Slim. Foto produk cookies yang tertera di kemasan luar (karton) serupa dengan isi di dalamnya. Di kemasan bagian depan terdapat foto cookies dengan keterangan bahan yaitu ‘Dibuat dengan Oat’ dan keterangan ‘Bebas Gula’. Di kemasan bagian belakang terdapat penjelasan bahwa Oat menambah kenikmatan dan kebaikan dari cookies ini serta kelezatan rasa coklat hasil formulasi bahan bebas gula. Di kemasan kiri kanan terdapat keterangan komposisi dan informasi nilai gizi. Kemasan cookies ini mudah dibuka. 


Saat mencoba cookies ini, rasa coklat dan serpihan oat jelas terasa. Manis? Tidak terlalu, hal itu wajar karena bebas gula pasir, tapi dalam komposisi masih ada pemanis buatan sukrosa, walau demikian dalam informasi nilai gizi kandungan gula tidak ada (bahkan di highlight). Pahit ? Tidak. Rasa cookies ini cukup enak dan ga bikin eneg. Setelah mencobanya, saya agak tidak bisa berhenti. Untung bebas gula, jadi aman kalau banyak makan banyak juga.
Snack ini cocok rasanya untuk menjadi cemilan saat diet atau penderita diabetes. Saya cukup senang dengan adanya snack ini dan sangat merekomendasikan untuk mencoba dan membeli Tropicana Slim Nutty Chocolate Cookies.

Eksperimen Cold Brew Coffee

Bukannya mau mengikuti tren jaman sekarang di mana banyak tempat ngopi (yang harganya kadang bisa buat 8 cangkir di warung kopi biasa) atau anak kekinian yang hobi ngopi, cuma saya mencoba keluar dari zona ‘coba deh jangan cari yang manis-manis terus’ gara-gara sadar hidup tuh emang gak selalu manis dan khawatir kena diabetes (sadar umur sadar bodi). Secara kebetulan, sepupu saya, Vikha, yang lagi di Bajawa (saat itu) menemai suaminya yang lagi tugas di sana, menjual kopi Bajawa (Kopi Flores) yang terkenal dengan rasa yang enak dan khas. Saya pun mencoba, karena belum punya alat roasting dan baru puny grinder akhirnya saya coba beli biji kopi yang sudah di roasting. Saya pingin mencoba menikmati proses ‘ngopi’ dengan lebih syahdu. 

Akhirnya sampai lah sebungkus Biji Kopi Bajawa 500gr. Banyak sekali, bakal bingung habisinnya nih. 


Dan….mulailah saya bereksperimen.


Saya coba sisihkan sedikit demi sedikit dan haluskan dengan grinder manual yang saya punya. 

Bosan dengan kopi yang panas-panas dan banyak yang jual Cold Brew Coffee membuat saya jadi penasaran. Cold Brew Coffee adalah kopi yang diseduh dengan air dingin lalu didiamkan agar terekstrasi. Menurut info, kandungan kafein di kopi ini lebih sedikit.

Belum pernah nyoba yang dijual malah nyoba-nyoba bikin sendiri. 
Dengan mengintip resep dari Bisfren dan sedikit modifikasi (karena ga sadar ternyata punya gelas ukuran 1 liter) membuat untuk 500ml. Menurut resep di Bisfren caranya simpel. Resep yang saya pakai jadinya begini :

Bahan :

  • 50 gram kopi bubuk
  • 500 ml Air Mineral Dingin (harus air dingin ya, namanya juga cold brew)

Caranya :

  1. Campurkan saja bubuk kopi dan air mineral dingin, aduk dengan cepat 5-15 menit. Saya mengaduk pakai tangan, beberapa web sih ada yang mencantumkan boleh mengaduk dengan blender.
  2. Simpan di wadah botol, diamkan selama 4-5 jam.
  3. Simpan wadah botol tersebut dalam kulkas
  4. Tuang ke gelas (dengan filter) yang berisi es batu
  5. Nikmati saat siang terik untuk merasakan kesegarannya


Sekilas kalau dituang ke gelas warnanya seperti kola tanpa buih ya. Rasanya? Segar-segar pahit (namanya juga kopi, tanpa gula lagi). 

Buat yang ga suka pahit (kayak bojo) ngomong kurang gula, akhirnya ga minum lagi dia. Hahaha, katanya, lidah dia masih lidah kopi murah, jangan dikasih kopi mahal. Penikmat kopi sobek alias sachet dia mah.

Sebenarnya pahitnya sih ga sepahit seperti kopi yang diseduh air panas. Cuma karena memang dasarnya suka susu juga, akhirnya saya campur susu Ultra UHT yang plain deh. Rasanya? Masih pahit hehehe. Menurut Sitta Karina, susu yang cocok untuk dicampur kopi sih Greenfields. Next time, sepertiny kudu coba nih. 

Bikin Bolu Kukus Pakai Chesa

Ceritanya saya suka sekali sama bolu kukus, itu loh snack bolu yang dikukus, biasanya sih diwadahin cup-cup kertas dan umumnya warnanya putih – coklat. 

Niatnya, saya mau bikin bolu kukus sendiri, udah beli cupnya dan cetakan aluminium (logam deh pokoknya) buat naroh cupnya di kukusan, eh tepung terigu lupa beli. Begitu belanja bulanan mau beli tepung, malah nemu tepung mix yang udah jadi Chesa Bolu Kukus dari Bogasari. Walhasil, batal lah bikin secara manual dan milih tepung mix aja hahaha.


Dengan adanya tepung mix, jadi ga repot-repot lagi nimbang, hahaha, cukup tambahin telor dan air/susu secukupnya, campur sama coklat bubuk sedikit, tuang-tuang adonan, kukus, jadi deh. Cup nya juga sudah disediakan.


Hasilnya, lumayan lah, ini setengahnya aja, setengahnya lagi masih di kukusan. Lumayan buat cemal cemil di akhir pekan

Nyobain Pejoy Gratis! Yuk Ikutan #PejoyPleasure 

Sebenernya sih saya iseng-iseng aja, nyari free sampel, eh nyasar ke web-nya Pejoy Indonesia dan katanya cuma ngisi data bisa dapat Pejoy gratisan. Sampel ini untuk 50.000 orang, jadi silahkan dicoba loh. Klik aja link ini.

Klik aja tombol Grab It Now. Muncul halaman baru, scroll aja di bawah untuk isi identitas. Akhirnya isenglah saya isi data-data di sini

Ternyata kita dapet sms balesan dulu dari Pejoy tentang kode verifikasi.


Nah selanjutnya kalo kita klik link yang ada di sms itu kita digiring menuju halaman ini.


Lalu masukin aja kode verifikasi yang di sms ke kita dan klik tombol kirim. Nah, selanjutnya, bakal ada tuh kode voucher untuk dimasukin di web blibli.com. Kode vouchernya emang panjang, tapi tenang aja, bisa di-copy kok, jadi gak perlu tuh ngetik-ngetik bolak balik ngintip apa kodenya.


Kita bisa buka blibli.com via web atau aplikasi. 


Masukin deh tuh Pejoy ke dalam keranjang, lalu bayar. 

Nah waktu pembayaran, centang aja voucher dan isikan kode voucher yang udah kita dapet tadi. 


Kode voucher cuma bisa dipakai 1 kali aja. Oh ya, blibli.com ini free ongkir juga loh. Jadi,bakalan GRATIS-TIS-TIS!
Pejoy itu snack premium dari Jepang, produsennya namanya Glico, itu loh yang terkenal sama Pocky-nya. Tau kan Pocky itu nikmat-nikmat bahagia gitu kalo dimakan. Pejoy juga loh. Bedanya Pocky krimnya di luar dan Pejoy krimnya di dalam biskuit stik. Pejoy ada 2 rasa, coklat dan greentea (matcha). Krimnya lembut loh. 

Disadur dari webnya Pejoy :

Saatnya manjakan dirimu dengan lembut krim coklat premium yang berlimpah dan matcha asli dari Jepang dalam balutan biskuit stik renyah dari Pejoy!

Perpaduan kemewahan rasa yang pas untuk menemani waktu relaksmu dan pleasure moment yg membuatmu tenggelam dalam kenikmatan.

Lengkapi data dirimu untuk mendapatkan #PEJOYPLEASURE sebuah paket special dari Pejoy secara Gratis.

Yuk dicoba ikutan #PejoyPleasure. Saya order hari Sabtu, eh Selasa udah nyampe ke meja kantor. Lumayan kan makan rame-rame sekantor,sebarin juga ya ke temen kantormu tapi hahaha.

[Resep] Kentang Goreng Mozzarella

Semua bermula dari pengen ke Pizza Hut karena ada promo 50% di hari Senin-Jumat, tapi belum-belum sempet kesana. Secara, hari kerja, pulang kerja si ayah kudu nganter nenek pulang, dan baru nyampe rumah lagi jam 6 kurang (mepet magrib) itu kalo ga pake acara pabriknya trouble trus kudu balik pabrik entah sampe jam 8 atau jam 9 malem. Dengan bermodal gambar promo dari twitter @pizza_hutID , kentang lokal beli di pasar, dan keju mozzarella yang mau dihabiskan, maka dimulailah eksperimen si ibuk yang masih hobi main di dapur.


Tampilannya sih gitu, jadi kira-kita aja buatnya..

Bahan : 

  • Kentang
  • Garam
  • Merica bubuk
  • Keju mozzarella
  • Italian herbs & oregano

Cara masak

  1. Kupas kentang, cuci sampai bersih, potong-potong dengan bentuk dan ukuran sesuai preferensi sesuka hati sekira-kiranya kita. Taburkan garam dan merica, diamkan 10-15 menit.
  2. Goreng kentang sampai kecoklatan, tiriskan
  3. Potong-potong keju, letakkan kentang goreng yang sudah ditiriskan di atas teflon lagi lalu potongan keju diletakkan di atasnya, panggang di atas api kecil sampai keju meleleh
  4. Taburkan oregano dan italian herbs

Note :

  • Bisa ditambahkan daging giling goreng/sosis goreng/ smoke beef dll (berhubung males ngeluarin dari freezer ya saya skip)
  • Keju bisa dilelehin dulu pake microwave atau ditim (berhubung saya males ya langsung aja di taburin) 


Silahkan dicoba 😁

[Resep] Tahu Cabai Garam


Pertama nyoba menu ini kalo ga salah sih di Restoran Ta Wan Palembang Icon, tapi tahu lokal diganti sama tofu. Lama ga kesana, dan nemu ada postingan tutorial cara membuat masakan ini jadi pengen nyoba dan ternyata gampang! Omong-omong, gambar ga menarik ya? Ada gosong-gosong dikit hihi 😁

Bahan-bahan yang disiapkan :

  • Tahu (boleh tahu lokal beli dipasar, boleh juga tahu sutra. Saya pakai 3 tahu untuk 2 orang dewasa, potong kira-kira ukuran 2cm x 1 cm x 0,5 cm)
  • Tepung bumbu serbaguna (saya pakai sajiku)
  • Tepung tapioka / tepung kanji / aci
  • Bawang putih (4-5 siung, digeprek,terus dicincang)
  • Cabai rawit (5-6 buah, iris tipis)
  • Cabai hijau (2 buah, iris tipis)
  • Daun bawang (iris tipis)
  • Garam
  • Merica bubuk (jika suka)

Cara memasak :

  1. Campurkan tepung bumbu serbaguna dengan tepung kanji, perbandingannya 2:1, kalo saya 2 sendok makan tepung bumbu serbaguna.
  2. Balurkan tahu dengan campuran tepung
  3. Goreng tahu sampai kecoklatan lalu tiriskan
  4. Tumis cincangan bawang putih, cabai rawit, cabai hijau, dan daun bawang
  5. Masukkan tahu yang telah digoreng ke dalam tumisan
  6. Taburkan garam dan merica, oseng sebentar
  7. Angkat dan hidangkan

Masakan ini bisa dijadikan cemilan atau juga dimakan bersama nasi panas. 

Selamat mencoba