Mudiknya Maheera (di Rumah Eyang…)

Ini mudik pertama Maheera ke rumah keluarga saya, Eyang Biyung & Eyang Kakungnya. Sebelumnya, waktu Maheera lahir, eyang-eyangnya menemani selama sebulan di Palembang. Bahkan, eyang biyung yang nemenin saya melahirkan Maheera. Si Bojo? Iya di kamar itu cuma dibatas tirai karena dia agak ga tahan dengan rumah sakit, darah, dan suntikan.

Setiap hari saya nelpon ibu saya dan di loudspeaker, kadang kala video call (walau signal suka ngadat) sama budenya Maheera, sepupunya Maheera, dan eyangnya Maheera. Saya kira dengan begitu Maheera bakal lebih cepat kenal dan beradaptasi. Rupanya, jeng-jeng saat mudik dan sampai rumah Eyang Biyung semua yang saya bayangkan buyar. Padahal dengan antengnya dia di pesawat dan kereta saya udah berpikir positif, bahwa anak ini akan anteng.
Awalnya saya pikir, Maheera termasuk anak yang mudah beradaptasi. Berdasarkan buku Anti Panik, ada 3 tipe anak dalam hal beradaptasi, 1) Mudah , 2) Sedang, dan 3) Sulit. Biasanya kalau ada orang datang ke rumah atau saya ajak Maheera bertamu ke rumah teman, dia bisa main,senyum, ketawa, jarang sekali rewel. Ini, begitu sampai rumah disambut Bude-nya, dia kejer dan nangis sesegukan cuma mau digendong saya sama ayahnya, ditaroh di ayunan sambil diayun sama saya dan ayahnya juga. Saya pikir-pikir, mungkin dia kaget dengan kondisi biasa isi rumah cuma 3-4 orang ini berubah jadi 10 orang bersama kami sekelurga. Belum lagi ditambah capeknya dia bangun dari jam setengah 4 pagi di Palembang dan nyampe Purwokerto jam 3 sore. Belum lagi suasana rumah yang rame, rumahnya beda, wah kaget saya Maheera bisa serewel itu. Ditambah, biasa mandi pakai baby bather lungsuran dari rumah eyangnya, sekarang pas ke rumah eyang terpaksa mandi tanpa babybather. Rewel lah dia di kamar mandi waktu mandi. Sebelum tidur sempet rewel, kayak biasa sih, drama sebelum tidur harus digendong baru dinenin baru tidur. Cuma kali ini lebih lama.

Abis nangis mingsek-mingsek

Hari kedua di rumah, masih ngga mau digendong siapapun kecuali ayah sama ibunya. Waktu diajak baby spa dia nangis, katanya emang badannya ga enak, berenang pun dia nangis kejer, padahal biasa dia doyan main di air (paling ngga waktu mandi dia selalu anteng). Selesai dipijat, dia nangis sesegukan tapi tidur. Anehnya, waktu berangkat dari rumah dia kayak tau mau diajak jalan dan senyum-senyum digantiin baju jalan. Di tempat makan, dia bangun dan mau duduk di highchair sendiri. Bahkan senyum-senyum. Diajak main rumah eyang uti sepupunya di Purwokerto, sempet mau digendong sebentar sama utinya dan senyum-senyum, lalu rewel lagi. Balik ke rumah, masih ga mau digendong siapapun selain saya sama ayahnya.

Sudah duduk di highchair

Saya sama ayahnya punya pedoman, kalau dalam hitungan 3 Maheera nangis artinya dia ngga mau digendong orang itu. Kalau dalam hitungan 1-10, dia ngga nangis, biasanya bisa aman paling ngga 5 menit sama orang itu.
Hari ketiga, rewang sepupunya Maheera (biasa kami panggil yayu) dan yang bantu nyetrika di rumah datang (mba sri). Kirain bakal mau sama yayu, ternyata ga juga. Baru waktu dia bangun tidur dan saya mandi, dia digendong mba sri dan mau. Heran saya. Mungkin karena nenek rewang yang di Palembang biasa nyetrika jadi dia mau sama Mbak Sri yang juga keliatan nyetrika. Mungkin juga dia tau, eyang biyung ada tanggungan tantenya yang masih manja, bude sama yayu jatah buat sepupunya, dan mba sri kosong. Dimandiin yayu, masih nangis juga di kamar mandi. Kalau kata eyang biyungnya, Maheera ini anak ibu sekali, sekali digendong ibu langsung cep, berhenti nangisnya. Sudah mau diajak ketawa juga gara-gara dia kentut dan ditiruin.

Sama Mbak Fatima

Hari keempat, awalnya masih cuma mau digendong Mbak Sri lalu yang lain coba gendong dia dari belakang dan mulai mau. Hari-hari berikutnya sudah mau digendong dan senyum ngoceh. Tapi kata eyang biyungnya dia ketawanya mahal. Digeli-geliin perutnya sama eyang biyungnya ga bikin ketawa, giliran sama saya ketawa. Diciumin marah, giliran saya cium diem2 kegelian. Kata orang di rumah, giliran udah anteng, udah kenal, eh malah pulang.


Mungkin karena badan Maheera yang gembil-gembil gerombolan roti sobek-paha kfc-pipi bakpau bikin gemes orang pengen nowel termasuk sepupunya yang 6 bulan lebih tua dan Maheera hampir selalu nangis tiap ditowel karena gemes. Bisa jadi karena jarang interaksi sama bayi lain dia jadi kaget dan ga terbiasa ya.
Urusan poop, Maheera bisa dibilang masih normal dan bentuknya pun memang seperti itulah, hanya agak encer sedikit. Mungkin karena saya makan pete. Di rumah pas mudik ini dia diajarin untuk dibersihkan di kloset. Biasa saya bersihkan pakai kapas basah aja. Sekarang ya artinya mulai diajarin, toh sudah bisa duduk juga.
Maheera belum makan makanan padat (MPASI), tapi karena di rumah kemarin banyak buah, saya coba ngasih mangga, salak, dan jeruk buat dikecap-kecap, tujuannya biar nanti ketika mulai MPASI 10 hari lagi, dia sudah siap dengan rasa-rasa baru yang bakal dikasih.

Ya banyak pelajaran yang diambil dari hasil mudik ke Jawa kali ini.

Mudiknya Maheera (Palembang – Purbalingga)

Kali ini saya mau cerita tentang pengalaman mudiknya Maheera ke Purbalingga pada hari Sabtu lalu.

Berhubung batal dinas dan diminta masuk minggu depan, buyarlah rencana dinas langsung cuti 1,5 minggu diganti cuti 1 minggu saja. Cuti 1 minggu buat saya yang kampungnya ndeso jauh dari tempat rantau butuh waktu dan kendaraan lebih banyak. Pertama, Palembang – Jakarta pakai Pesawat, Jakarta – Purwokerto pakai Kereta Api, dan Purwokerto – Purbalingga pakai mobil. Panjangnya perjalanan jadi bahan pertimbangan apakah akan menginap dulu di Jakarta atau langsung dengan beberapa konsekuensi. Akhirnya pilihan jatuh ke langsung naik pesawat paling pagi jam 5.40 yang sampai jam 6.50 lanjut kereta yang berangkat jam 08.50. Untuk jadwal kereta harus menyediakan waktu +/- 2 jam untuk estimasi perjalanan taksi dari Bandara Soekarno-Hatta ke Stasiun Gambir dan hal lainnya kayak cetak boarding pass serta sarapan.

Akhirnya Sabtu pagi pun datang, seperti biasanya, saya kalau flight paling pagi susah tidur di malam sebelumny dan bangun yang rencana jam 3 malah jadi jam 1an karena Maheera minta nen terus ga bisa tidur lagi. Saya dan PakBojo harus siap-siap duluan lanjut Maheera dibangunin dan dimandikan jam setengah 4 subuh supaya jam 4 sudah siap berangkat dan jam 4.40 sudah bisa check in. Kami dibantu teman PakBojo buat mengantar ke Bandara SMB II Palembang, habis kalo taksi burung biru kadang suka pagi sekali menjemputnya. Di perjalanan rumah ke bandara kurang lebih 20 menitan Maheera berhasil tidur dan sampai bandara langsung on. Syukurnya selama di jalan dan di bandara dia ga rewel sama sekali. Jam 5.30 sudah mulai boarding dan berhubung dia sudah lapar sekali akhirnya nen dan langsung tidur pulas di pesawat. Niatnya di nen selama take off berhubung dia tidur jadi ditutup saja telinganya dan sekali-kalo dipencet hidungnya supaya agak susah nafas dari hidung dan jadi nafas atau gerakan menelan dari mulut. Menjelang waktu landing, baru Maheera bangun dan sukses buat di nen in saat landing. Disusui ketika take off dan landing, katanya membantu dalam mengurangi rasa sakit di telinga. Orang dewasa juga bisa dengan cara menelan air ludah.


Maheera yang bisa dibilang sangat anteng karena ga nangis sama sekali sampai dipuji beberapa orang waktu antri keluar pesawat. Alhamdulillah sekali anak ini pintar dalam perjalanan, mungkin paham ibunya suka jalan dan terbang. Sampai di Terminal 3 Soetta juga sempat main-main sebentar sambil menunggu.


Akhirnya kami ke Gambir naik taksi dan untung jalanan lancar. Lanjut check in dan cetak boarding pass untuk kereta Taksaka Pagi jam 08.50. Kami sempat sarapan dulu di Hoka-Hoka Bento (andalan karena di Palembang ga ada) lanjut ngantri cek in dan naik ke kereta.

Mungkin, karena kebiasaan tidur harus diayun-ayun membuat Maheera anteng di kereta, anteng waktu di nen in dan tidur juga. Waktu bangun didudukin juga dia ketawa-ketawa.

Ternyata, PT KAI ikut serta memeriahkan Hari Anak Internasional dengan membagi-bagikan boneka Si Loko untuk anak yang berusia di bawah 3 tahun. Pembagian dilakukan saat kondektur mengecek boarding pass. Lalu diminta foto sebagai dokumentasi.


Rezeki Maheera buat dapat boneka mungil si Loko ini. Setengah jam sebelum sampai di Purwokerto, Maheera mulai rungsing, dinen-in ga mau, akhirnya dibawa jalan pakai gendongan ergo dan tidur. Sampai di Purwokerto dijemput sama Eyang Kakung, Eyang Biyung, Tante Fafa, dan Mas Kaka (sepupunya Maheera) yang gemes banget sama Maheera karena pipinya kayak bakpao katanya. Di mobil dia masih bersuara a-e-a . Sampai rumah eyangnya, agak kaget kali ya, biasa cuma bertiga berempat sama Nenek Yayu sekarang rumahnya beda masyarakatnya bejibun. Akhirnya nangis nangis terus deh sampe mingsek-mingsek. Anteng kalo di ayunan gantung dan kamar ada kipas angin atau AC nya.