Reminder dari Buku Screen Time

Nge-follow akun instagram sesama ibu-ibu apalagi ibu-ibu yang pecinta buku itu harus siap menerima godaan adanya buku-buku menarik yang sepertinya harus dibeli buat belajar anak dan orang tua. Awal mulanya saya baru ngefollow akun @iburakarayiĀ dan melihat ada buku Kisah Air Hujan dan buku Screentime. Langsung deh kalap pesen dua-duanya. Karena stok buku Kisah Air Hujan habis, saya harus sabar menunggu. Sementara buku ScreentimeĀ sudah ada dan pada hari ini sudah datang di meja kantor saya. Langsung deh saya baca.

Screentime book

Info Buku Screentime



Penulis : Tascha Liudmila

Ilustrator : Inez Tiara

Editor : Chika Arnan

Penerbit : PT Artha Kreasi Aksara

Tahun Terbit : 2015

Harga : Rp 185.00

Hardcover dengan isi kertas sedikit lebih tebal dari HVS (ps. maafkan saya yang ga tau ini kertas apa)

 

 

 

“I found you Dad!”, Hazel laughed

 

 

 

 

“Oh no…. ,” acted Mr. White disappointedly.

 

 

 

 

“Come on Dad, now it’s your turn to count,” Hazel giggled.

 

 

 

 

“Hold on a minute Hazel, I’m in the middle of something here,” Mr. White’s fingers continued to dance on top of his smart phone. He was highly active on social media that he could not stop.

 



Isi buku Screentime

Screentime book

Buku ini bercerita tentang keluarga White yang terdiri dari Mr. White, Mrs. White, Hazel (5 y.o), dan Ruby (2 y.o). Hazel bercita-cita menjadi artist dan penari balet sementara Ruby si kecil yang gemar makan dan bernyanyi. Mr. dan Mrs. White adalah orang tua yang sibuk dengan pekerjaannya. Mr. White adalah arsitek sementara Mrs. White adalah penulis di sebuah majalah.

Di waktu libur, keluarga kecil ini akan berkunjung ke rumah kakek-nenek-nya Hazel dan Ruby untuk menikmati makan siang dan bermain serta berolahraga bersama seperti renang dan bersepeda.

Screentime book

Namun, ada hal lain yang keluarga ini sukai yaitu ‘Screentime’ alias waktu melihat gadget. Mulai dari berkumpul sambil memandang smartphone atau tablet masing-masing, menonton TV sembari makan, menonton film sepanjang perjalanan di mobil, menggunakan smartphone saat berkendara, bermain video games di malam hari, bahkan tidur sambil ditonton TV dan memegang smartphone di tangan.

Ketika anak-anak tidak dalam mode ‘Screentime’ justru orang tua tidak dapat melepaskan diri dari gadget mereka. Bahkan bersama dengan anak pun masih menyempatkan diri curi-curi pakai waktu untuk ‘Screentime’.

Screentime book

Sampai akhirnya, ada momentum yang menyadarkan keluarga ini. Hazel mengalami masalah di sekolah yaitu sulit untuk memiliki teman. Perilaku ini disebabkan terlalu banyak ‘Screentime’. Akhirnya dibuatlah aturan ‘Screentime’ di keluaga ini. Aturannya tidak hanya untuk anak saja, tetapi orang tua juga membatasi diri untuk melakukan ‘Screentime’.

Akhirnya, keluarga ini lebih hidup dengan aktivitas seperti petak umpet dan bernyanyi sepanjang perjalanan. Hazel pun dapat memiliki teman baru di sekolah. Keluarga ini sadar bahwa keluarga lebih penting daripada layar gadget yang mereka miliki.


Perasaan Setelah Baca Buku Ini

#SelfGampar #SelfReminder #SelfToyor alias Ngena Banget Ini Buku Ke Saya! Jujur deh, saya lumayan keranjingan sosial media walau tau itu ga penting-penting tapi penting. Maksudnya, sepakai dan pengennya saya buka sosial media atau whatsapp atau apapun itu harus bisa terkontrol apalagi ketika di rumah jamnya sama keluarga (terutama anak) maka harus fokus. Hehe, di beberapa kelas kuliah whatsapp sih ada yang sudah mencoba menjauhkan diri di jam 18.00 – 21.00 dari gadget dan fokus bersama anak. Terus terang ini masih berat, apalagi minta ke Brojo buat nerapin ini. Fiuh. Sebulan ini sih lagi nyoba nerapin dalam 30 menit sekali boleh ngecek hp selama maksimal 5 menit deh. Tapi ya itu juga masih susah.

Kalau ke anak, saya sih jarang ngasih dia tablet atau ngajak nonton tv kartun anak macam Disney Junior. Jarang ya, kalo seminggu sekali jarang kan ya? Dan ga lama juga sih. Tapi, ngajak anak nonton acara Korea (apalagi masak-masakan) atau serial macam Bones gitu sering. Mungkin sama pengasuh juga kadang nyetel TV karena bosan juga. Walaupun begitu, saya merasa si anak ga terlalu fokus nonton TV sih, malah fokus buat ngobrak ngabrik mainannya. Tapi yang jadi masalah, orang tuanya ini yang fokus ke TVnya ga bisa lepas. Fiuh. Maafkan kami nak. Kami ngerasa kadang si anak menegur kami dengan ngambil hp saat kami ‘nyambi’ main sama dia sambil ‘screentime’ atau manggil kami. Efek lainnya dia ngeliat kami ‘screentime’ sih gadget kami hampir udah pernah kena iler dia semua.

Tapi berkat buku ini, saya kembali diingatkan bahwa kalau sama anak kurang-kuranginlah ‘nyambi screentime’ itu. Keluarga itu yang utama. Kalau buat foto-foto dokumentasi atau videocall sama keluarga yang jauh masih bisa ditolerir, toh waktunya ga lama juga. Tapi jangan sampai karena gadget dan kecanduan social media jadi lupa keluarga.

Oh ya ilustrasi di buku ini bagus deh dan jalan ceritanya emang kerasa ngalir banget. Walaupun berujung pada ‘tamparan’ buat diri sendiri, saya ga nyesel punya buku ini. Tapi untuk sementara mengingat fisik lembaran buku yang kurang tebal, kayaknya ga bakal ngasih buku ini dulu ke si bayi karena tangannya mulai bisa ngeremas dan nyobek buku. Oh ya, buku ini berbahasa Inggris tapi mudah dimengerti karena teksnya juga ga banyak banget dan lebih dominan gambar / ilustrasinya.

Untuk pemesanan, bisa langsung kontak nomer yang tertera di instagram @ScreenTimeBook.

Selamat membaca šŸ™‚

Tambahan catatan sebelum membeli
Note to parents : Do not purchase this book unless you are ready to put your kids before your gadgets and spend some quality time with them.
Ini ditulis di belakang bukuny loh ya

Review Buku : Screen Time

Nge-follow akun instagram sesama ibu-ibu apalagi ibu-ibu yang pecinta buku itu harus siap menerima godaan adanya buku-buku menarik yang sepertinya harus dibeli buat belajar anak dan orang tua. Awal mulanya saya baru ngefollow akun @iburakarayiĀ dan melihat ada buku Kisah Air Hujan dan buku Screentime. Langsung deh kalap pesen dua-duanya. Karena stok buku Kisah Air Hujan habis, saya harus sabar menunggu. Sementara buku ScreentimeĀ sudah ada dan pada hari ini sudah datang di meja kantor saya. Langsung deh saya baca.

Screentime book

Info Buku Screentime



Penulis : Tascha Liudmila

Ilustrator : Inez Tiara

Editor : Chika Arnan

Penerbit : PT Artha Kreasi Aksara

Tahun Terbit : 2015

Harga : Rp 185.00

Hardcover dengan isi kertas sedikit lebih tebal dari HVS (ps. maafkan saya yang ga tau ini kertas apa)

 

 

 

“I found you Dad!”, Hazel laughed

 

 

 

 

“Oh no…. ,” acted Mr. White disappointedly.

 

 

 

 

“Come on Dad, now it’s your turn to count,” Hazel giggled.

 

 

 

 

“Hold on a minute Hazel, I’m in the middle of something here,” Mr. White’s fingers continued to dance on top of his smart phone. He was highly active on social media that he could not stop.

 



Isi buku Screentime

Screentime book

Buku ini bercerita tentang keluarga White yang terdiri dari Mr. White, Mrs. White, Hazel (5 y.o), dan Ruby (2 y.o). Hazel bercita-cita menjadi artist dan penari balet sementara Ruby si kecil yang gemar makan dan bernyanyi. Mr. dan Mrs. White adalah orang tua yang sibuk dengan pekerjaannya. Mr. White adalah arsitek sementara Mrs. White adalah penulis di sebuah majalah.

Di waktu libur, keluarga kecil ini akan berkunjung ke rumah kakek-nenek-nya Hazel dan Ruby untuk menikmati makan siang dan bermain serta berolahraga bersama seperti renang dan bersepeda.

Screentime book

Namun, ada hal lain yang keluarga ini sukai yaitu ‘Screentime’ alias waktu melihat gadget. Mulai dari berkumpul sambil memandang smartphone atau tablet masing-masing, menonton TV sembari makan, menonton film sepanjang perjalanan di mobil, menggunakan smartphone saat berkendara, bermain video games di malam hari, bahkan tidur sambil ditonton TV dan memegang smartphone di tangan.

Ketika anak-anak tidak dalam mode ‘Screentime’ justru orang tua tidak dapat melepaskan diri dari gadget mereka. Bahkan bersama dengan anak pun masih menyempatkan diri curi-curi pakai waktu untuk ‘Screentime’.

Screentime book

Sampai akhirnya, ada momentum yang menyadarkan keluarga ini. Hazel mengalami masalah di sekolah yaitu sulit untuk memiliki teman. Perilaku ini disebabkan terlalu banyak ‘Screentime’. Akhirnya dibuatlah aturan ‘Screentime’ di keluaga ini. Aturannya tidak hanya untuk anak saja, tetapi orang tua juga membatasi diri untuk melakukan ‘Screentime’.

Akhirnya, keluarga ini lebih hidup dengan aktivitas seperti petak umpet dan bernyanyi sepanjang perjalanan. Hazel pun dapat memiliki teman baru di sekolah. Keluarga ini sadar bahwa keluarga lebih penting daripada layar gadget yang mereka miliki.


Perasaan Setelah Baca Buku Ini

#SelfGampar #SelfReminder #SelfToyor alias Ngena Banget Ini Buku Ke Saya! Jujur deh, saya lumayan keranjingan sosial media walau tau itu ga penting-penting tapi penting. Maksudnya, sepakai dan pengennya saya buka sosial media atau whatsapp atau apapun itu harus bisa terkontrol apalagi ketika di rumah jamnya sama keluarga (terutama anak) maka harus fokus. Hehe, di beberapa kelas kuliah whatsapp sih ada yang sudah mencoba menjauhkan diri di jam 18.00 – 21.00 dari gadget dan fokus bersama anak. Terus terang ini masih berat, apalagi minta ke Brojo buat nerapin ini. Fiuh. Sebulan ini sih lagi nyoba nerapin dalam 30 menit sekali boleh ngecek hp selama maksimal 5 menit deh. Tapi ya itu juga masih susah.

Kalau ke anak, saya sih jarang ngasih dia tablet atau ngajak nonton tv kartun anak macam Disney Junior. Jarang ya, kalo seminggu sekali jarang kan ya? Dan ga lama juga sih. Tapi, ngajak anak nonton acara Korea (apalagi masak-masakan) atau serial macam Bones gitu sering. Mungkin sama pengasuh juga kadang nyetel TV karena bosan juga. Walaupun begitu, saya merasa si anak ga terlalu fokus nonton TV sih, malah fokus buat ngobrak ngabrik mainannya. Tapi yang jadi masalah, orang tuanya ini yang fokus ke TVnya ga bisa lepas. Fiuh. Maafkan kami nak. Kami ngerasa kadang si anak menegur kami dengan ngambil hp saat kami ‘nyambi’ main sama dia sambil ‘screentime’ atau manggil kami. Efek lainnya dia ngeliat kami ‘screentime’ sih gadget kami hampir udah pernah kena iler dia semua.

Tapi berkat buku ini, saya kembali diingatkan bahwa kalau sama anak kurang-kuranginlah ‘nyambi screentime’ itu. Keluarga itu yang utama. Kalau buat foto-foto dokumentasi atau videocall sama keluarga yang jauh masih bisa ditolerir, toh waktunya ga lama juga. Tapi jangan sampai karena gadget dan kecanduan social media jadi lupa keluarga.

Oh ya ilustrasi di buku ini bagus deh dan jalan ceritanya emang kerasa ngalir banget. Walaupun berujung pada ‘tamparan’ buat diri sendiri, saya ga nyesel punya buku ini. Tapi untuk sementara mengingat fisik lembaran buku yang kurang tebal, kayaknya ga bakal ngasih buku ini dulu ke si bayi karena tangannya mulai bisa ngeremas dan nyobek buku. Oh ya, buku ini berbahasa Inggris tapi mudah dimengerti karena teksnya juga ga banyak banget dan lebih dominan gambar / ilustrasinya.

Untuk pemesanan, bisa langsung kontak nomer yang tertera di instagram @ScreenTimeBook.

Selamat membaca šŸ™‚

Tambahan catatan sebelum membeli
Note to parents : Do not purchase this book unless you are ready to put your kids before your gadgets and spend some quality time with them.
Ini ditulis di belakang bukuny loh ya

Snugi and Snarl – Chike Tania


It’s a lovely story of unconditional love of Snugi, the gentle cuddly monster and Snarl, a lively wild girl raised by Snugi. It illustrated with gorgeous watercolors by @chiketania
Maybe, there’s another classic story about a creature on a quest to find its family after realize something. Snarl meets a lot of creatures at the forest when she realized she has different body from Snugi and she tries searching her family. But, no one will ever the same as her big Snugi. In the end, they reunited again.
You can order it @pustakalanalibrary.

ā€‹ā€‹
I love this book, sometimes i read it for my baby. it helps me to learn english again (yeah, i think my english capabilities decrease a lot hahaha). Well, the texts are very simple so i must add some explanation from the picture. Hehehe.

Snugi and Snarl


It’s a lovely story of unconditional love of Snugi, the gentle cuddly monster and Snarl, a lively wild girl raised by Snugi. It illustrated with gorgeous watercolors by @chiketania
Maybe, there’s another classic story about a creature on a quest to find its family after realize something. Snarl meets a lot of creatures at the forest when she realized she has different body from Snugi and she tries searching her family. But, no one will ever the same as her big Snugi. In the end, they reunited again.
You can order it @pustakalanalibrary

ā€‹ā€‹
I love this book, sometimes i read it for my baby. it helps me to learn english again (yeah, i think my english capabilities decrease a lot hahaha). Well, the texts are very simple so i must add some explanation from the picture. Hehehe. 

[Buku] Suara Apa Itu?Ā 

Instagram-walking (menjumput istilah dari blog-walking, daripada instagram-stalking kan?) adalah salah satu aktivitas saya kalo nyambi pumping atau si Ndukni sudah anteng (tidur). Selain mantengin akun-akun tentang parenting, asi-menyusui,online shop, saya juga nyari-nyari akun yang menyediakan informasi tentang buku atau perpustakaan anak. Ketemulah dengan @rabbitholeid.
Rabbithole adalah salah satu perpustakaan & pembuat buku anak-anak. Foundernya adalah Devi Raissa


Saya sangat tertarik pada koleksi buku-buku dari Rabbithole, dan waktu buka IG-nya pas ada tawaran paket semua buku Rabbithole. Mumpung baru dapet uang tambahan, maka saya orderlah sepaket lengkap buku Rabbithole. Jika memesan paket lengkap kita akan mendapat potongan harga dan webinar. Untuk webinar saya mencoba beberapa kali mengakses tapi gagal. Mungkin nanti dicoba lagi. Webinarnya bekerja sama dengan Klinik Rainbow Castle (yang saya duga sih foundernya sama juga). Di kemudian hari saya baru tau Rabbithole juga membuka sistem arisan dan ada beberapa buku yang berbahasa inggris.

Dalam paket Rabbithole, terdapat beberapa buku dan petunjuk peruntukan sesuai umur anak juga diinformasikan. Namun, saya agak bandel sih, jadi sesuai preferensi saya. Buku yang pertama saya bacakan adalah 

Suara Apa Itu?

Awalnya dalam paket saya dapat buku softcover dan wayang, di kemudian hari saya mendapat buku hardcover nya. Menurut Rabbithole, pada saat pengiriman kemarin stok yang hardcover lagi kosong. Alhamdulillah jadi punya 2 sih.


Saya memilih buku Suara Apa Itu?, karena bukunya tipis, menurut saya sih enak buat dibacakan sambil tiduran, karena Ndukni belum bisa duduk tegak untuk membaca, sementara kalo sambil tengkurap dia masih suka ‘nyungsep’ kepalanya.


Buku Suara Apa Itu bercerita tentang keluarga di Jakarta yang berolahraga pagi menuju Senayan. Pada saat berolahraga, terdengarlah bunyi-bunyi alat transportasi, mulai dari pesawat, kapal selam, kereta api, sepeda, mobil, motor, dan bis. Selain itu, ada juga gambar becak dan bajaj kalau mau menambahkan cerita. Selain buku, ada juga wayang ayah,ibu, anak perempuan (yang kadang saya identikkan dengan Maheera), dan anak laki-laki (yang kadang sambil berdoa supaya nanti bisa dipakai cerita kalau rezekiny dia adalah adiknya Maheera).


Isi buku ini bagus dan menimbulkan keingin tahuan. Misalnya ada suara Wuzzzz, itu tidak langsung digambarkan dengan pesawat, tapi ada semacam halaman pembatas yang kalau dibalik baru menunjukkan adanya pesawat. 


Yang saya kurang sreg cuma suara kapal selam, habis kalo nyari di youtube nemunya bunyi ngiiiing bukan brubupbup (kayak bunyi suara orang napas di air) dan lagi kalo di jalan raya belum pernah denger ada kapal selam lewat. Hehehe, tapi gapapa itung-itung ngelatih anak imajinasi dan rasa ingin tahu. Saya juga jadinya penasaran sebenernya, mungkin ga ya ada kapal selam di bawah jalan.hahaha.

Kalo ngebacain buku ini, selain pakai wayangnya sih bagusnya ada backsound suara asli dari alat teansportasi ya. Saya ngumpulin di youtube terus saya rekam buat disimpan di iPhone. Hahaha. Selain itu, kebetulan saya sering iseng beli die-cast pesawat, mobil, motor, jadi lumayan lah ada bantuan buat nunjukkin alat-alat transportasi benerannya. Pernah liat di instagram ada yang storytelling buku ini sambil main ukulele. Duh, jadi pengen main dan belajar ukulele deh saya. Hahaha. Belakangan ini saya lihat di katalog Rabbithole, ada versi bahasa inggrisnya. Duh, jadi pengen juga.

Kalau mau minjem atau saya ceritain anaknya boleh loh hubungin saya. Hahaha. 

Oh!Si Burung Hantu


Saya, si Ibuk cerewet yang doyan membaca. Jadi, saya pengen juga anak saya doyan baca. Mengutip Jacquelinne Kennedy, ā€œThere are many little ways to enlarge your world. Love of books is the best of all.ā€ Saya mencoba mengenalkan buku ke anak dari kecil, bahkan ketika si Ndukni masih dalam perut kadang dibacain dongeng atau cerita-cerita.

Saya sudah beli beberapa softbook dengan warna-warna cerah, Mengenal Angka, Mengenal Huruf Hijaiyah, dsb. Tetapi ketika ada buku Oh!Si Burung Hantu karya kak ClefyĀ karena liat di Instagram, saya jadi tertarik.

Menurut saya, buku Oh!Si Burung Hantu ini memang cocok untuk 0m+ dan tentu saja bisa mulai dibacakan sejak bayi lahir.

Mengutip buku The Baby’s Owner Manual (ada versi baby girl juga baby boy loh), “During early weeks of life, the baby will respond more positively to black and white shapes than to colourful shapes”.

Buku ini didisain dengan pewarnaan yang kontras dengan bentuk dan garis yang sederhana. Tulisan yang minim, menuntut yang membacakan bisa lebih berkreasi dalam bercerita tentang Oh! Si Burung Hantu melewati malam sampai siang šŸ§.

Dari tulisan di belakang buku Oh!Si Burung Hantu tentang detil buku ini, “Manfaat buku: Untuk mendorong dan mengasah perkembangan visual dan daya konsentrasi bayi. Karena, walaupun bayi sudah dapat melihat semenjak lahir, namun penglihatan mereka belum sejelas penglihatan anak yang lebih tua ataupun orang dewasa. Sehingga garis-garis yang sederhana dan warna-warna yang sangat kontras pada buku ini akan sangat memikat dan membuat mereka untuk fokus. ”


Cerita Oh! ini sangat simpel, kalau versi saya, saya ceritakan bahwa Burung Hantu adalah binatang noktrunal yang beraktifitas di malam hari, keluar dari sarangnya, terbang melintasi malam bersama bintang-bintang (biasa saya nyanyikan Twinkle Twinkle Little Star, Bintang Kejora, dan Bintang Kecil), lalu Oh! terbang naik balon udara karena pengen terbang lebih tinggi Ā (backsound lagu Sherina-Balon Udara dan saya jelaskan cara terbang balon udara). Oh! hinggap di atas Jerapah, binatang tertinggi yang berleher panjang dengan tubuh bermotif, melewati Kuda Zebra yang mulai terbangun di pagi hari karena akan beraktifitas mencari makan, terbang bersama Kelopak Bunga yang tertiup angin, dan sampailah saat siang hari ketika Oh! mulai mengantuk dan akan beristirahat.


Well, semoga cerita saya ke NdukNi bermanfaat ya, mengenalkan warna sederhana dan motif ke dia. Menurut saya,kemajuannya wajar NdukNi sudah mulai coo-ing dari umur 2 bulan, bahkan kadang dia semakin banyak coo-ing seperti lagi cerita ke Ibuk,Ayah,atau Nenek Yayu (nenek yang ngebantu saya ngejagain NdukNi kalo kerja). Hehe wajar kan orang tua bangga ke anak.

Salam,

IbukAnggika

[Buku] Oh!Si Burung Hantu


Saya, si Ibuk cerewet yang doyan membaca. Jadi, saya pengen juga anak saya doyan baca. Mengutip Jacquelinne Kennedy, ā€œThere are many little ways to enlarge your world. Love of books is the best of all.ā€ Saya mencoba mengenalkan buku ke anak dari kecil, bahkan ketika si Ndukni masih dalam perut kadang dibacain dongeng atau cerita-cerita.

Saya sudah beli beberapa softbook dengan warna-warna cerah, Mengenal Angka, Mengenal Huruf Hijaiyah, dsb. Tetapi ketika ada buku Oh!Si Burung Hantu karya kak Clefy karena liat di Instagram, saya jadi tertarik.

Menurut saya, buku Oh!Si Burung Hantu ini memang cocok untuk 0m+ dan tentu saja bisa mulai dibacakan sejak bayi lahir. 

Mengutip buku The Baby’s Owner Manual (ada versi baby girl juga baby boy loh), “During early weeks of life, the baby will respond more positively to black and white shapes than to colourful shapes”.

Buku ini didisain dengan pewarnaan yang kontras dengan bentuk dan garis yang sederhana. Tulisan yang minim, menuntut yang membacakan bisa lebih berkreasi dalam bercerita tentang Oh! Si Burung Hantu melewati malam sampai siang šŸ§. 

Dari tulisan di belakang buku Oh!Si Burung Hantu tentang detil buku ini, “Manfaat buku: Untuk mendorong dan mengasah perkembangan visual dan daya konsentrasi bayi. Karena, walaupun bayi sudah dapat melihat semenjak lahir, namun penglihatan mereka belum sejelas penglihatan anak yang lebih tua ataupun orang dewasa. Sehingga garis-garis yang sederhana dan warna-warna yang sangat kontras pada buku ini akan sangat memikat dan membuat mereka untuk fokus. ”


Cerita Oh! ini sangat simpel, kalau versi saya, saya ceritakan bahwa Burung Hantu adalah binatang noktrunal yang beraktifitas di malam hari, keluar dari sarangnya, terbang melintasi malam bersama bintang-bintang (biasa saya nyanyikan Twinkle Twinkle Little Star, Bintang Kejora, dan Bintang Kecil), lalu Oh! terbang naik balon udara karena pengen terbang lebih tinggi  (backsound lagu Sherina-Balon Udara dan saya jelaskan cara terbang balon udara). Oh! hinggap di atas Jerapah, binatang tertinggi yang berleher panjang dengan tubuh bermotif, melewati Kuda Zebra yang mulai terbangun di pagi hari karena akan beraktifitas mencari makan, terbang bersama Kelopak Bunga yang tertiup angin, dan sampailah saat siang hari ketika Oh! mulai mengantuk dan akan beristirahat.


Well, semoga cerita saya ke NdukNi bermanfaat ya, mengenalkan warna sederhana dan motif ke dia. Menurut saya,kemajuannya wajar NdukNi sudah mulai coo-ing dari umur 2 bulan, bahkan kadang dia semakin banyak coo-ing seperti lagi cerita ke Ibuk,Ayah,atau Nenek Yayu (nenek yang ngebantu saya ngejagain NdukNi kalo kerja). Hehe wajar kan orang tua bangga ke anak.

Salam,

IbukAnggika