[30 Day Blog Challenge] #5 : Mengelola Akun Sosial Media Anak

Membuat akun Instagram untuk anak kerap dilakukan oleh banyak pesohor. Iya, banyak anak-anak artis yang sudah dibuatkan akun Instagram. Pada akhirnya, kebiasaan membuat akun anak seperti tertular kepada para ibu lainnya, termasuk aku.

Beberapa ibu lain yang melek sosial media dan teknologi, ada yang membuatkan akun sosial media khusus anaknya, mengikutkan lomba dengan akun tersebut, atau ikut mempromosikan produk khusus anak-anak. Menghasilkan? Bisa saja, toh memang sosial media sekarang sudah bisa menghasilkan terbukti dengan banyaknya selebgram dan influencer di sosial media.

Mungkin aku juga termasuk ibu-ibu yang ikut-ikutan membuat akun sosial media untuk anak. Alasanku sebenarnya lebih condong seperti Christian Sugiono ketika membuatkan akun sosial media untuk anak, ā€˜takut ada yang mengambil duluanā€™.

Lah, iya, bener kalau ada nama anak yang miripĀ  terus ngambil duluan nama akun yang kita mau, kan kita terpaksa harus memutar otak untuk mencari nama lain. Kalau anak artis mungkin akun dengan namanya bisa diambil karena banyak fans.

Sementara rakyat jelata macam aku, mungkin banyak nama yang pasaran. Hal ini terjadi juga kepadaku waktu mau ganti ā€˜brandingā€™ akun dari yang sebelumnya menjadi ā€˜fainunā€™. Pada akhirnya, akun twitterku gak bisa pakai nama ā€˜fainunā€™ karena sudah ada yang pakai, akupun memakai nama yang berbeda yaitu ā€˜faainunā€™. Walaupun nama anak sudah unik, tetap saja, booking duluan nama tersebut boleh dong.

Alasan lain kenapa aku membuat sosial media (akun Instagram) untuk anak sebenarnya untuk memudahkan memberi informasi perkembangan anak kepada saudara-saudara yang jauh. Memposting kegiatan anak melalui Instagram jelas lebih memudahkan untuk memberi informasi kepada nenek atau om dan tante si anak yang kadang penasaran minta dikirimi foto secara periodik.

Kenapa gak di akun sendiri (ibunya) aja sih? Jujur sih aku juga pernah mengalami posting foto anak baru terus setelah melahirkan, tapi lama-lama lebih membatasi saja sih. Lebih condong memposting foto anak di akunnya dia sendiri.

Sebuah reminder datang juga untukku untuk berhati-hati untuk memposting foto anak di sosial media, entah di akunku maupun akun anak. Ya memang, selalu ada aspek negatif yang mungkin muncul. Apalagi, marak dengan adanya penculikan anak belakangan ini.

Nah, untuk akun sosial media anak, aku membatasi diri dengan mengingat beberapa hal berikut:

  • Definisikan dengan jelas apa tujuan membuat akun sosial media untuk anak
    Aku sendiri membuat akun sosial media anak hanya sebagai diary sekaligus memudahkan untuk berbagi cerita tentang anak dengan saudara.
  • Batasi teman di sosial media anak
    Karena tujuanku hanya untuk saudara dan teman yang sudah kenal, aku pun membatasi teman di sosial media anak. Gunakan fitur private account sehingga kita bisa melihat dan menyeleksi followers akun sosial media anak

Sementara itu, kalau mau sharing di sosial media tentang anak pun aku mencoba melakukan hal ini:

  • Tidak terlalu sering menampakkan wajah anak
    Kekhawatiran pasti ada, takut muka anak dipakai untuk hal yang tidak-tidak. Namun, keinginan untuk berbagi pasti masih ada. Akupun coba membatasi postingan di sosial media terkait dengan anak. Tak terlalu sering menampakkan wajah anak di postingan, kalaupun ada postingan tentang anak, diusahakan bersama orang tua. Biasanya sih aku lebih memilih posting di IG Story dengan perhitungan hanya 24 jam saja dan terlihat jelas siapa yang melihat postingan.

  • Membatasi informasi yang disampaikan terkait data diri anak
    Sebisa mungkin untuk data personal anak tidak perlu ditampilkan secara mendetail di sosial media. Informasi yang bisa disampaikan terkait anak bisa lebih fokus ke kegiatan anak.

 

Demikian lah hal-hal yang bisa dilakukan terkait sosial media dan anak. Jika anak sudah semakin besar, akupun mungkin akan mempertimbangkan lagi urusan sosial media ini. Apalagi, sebenarnya sosial media juga mengatur batas usia penggunanya kan. Ā Kalau untuk anakku yang batita, sementar sih jelas aku yang megang dengan tujuan seperti yang sudah dibilang di atas.

Menurutmu, penting ga sih sosial media untuk anak?

[30 Day Blog Challenge] #4 : Asyiknya Bergabung di Komunitas Blogger Perempuan

Bergabunglah di komunitas, tak hanya memperluas pergaulan tapi juga meningkatkana ilmu dalam bidang yang sedang kamu pelajari.

Jujur saja, aku bukanlah tipe orang yang gampang dan mau bersosialisasi sebenarnya. Tapi, demi sesuatu yang sedang dipelajari, digeluti, diminati, kenapa engga untuk bertemu dengan orang baru, menjalin pertemanan, menemukan informasi, mempelajari hal baru yang terkait bidang yang sedang dipelajari. Berdasarkan keinginan untuk belajar, akupun mencari-cari komunitas blogger untuk bisa diikuti. Komunitas blogger yang pertama yang aku coba daftar adalah Komunitas Blogger Perempuan.

Apa perubahan yang didapat setelah bergabung dalam Komunitas Blogger Perempuan? Adanya penambahan jumlah follower di sosial media, hahaha. Iya, dengan kita menampilkan hashtag #BloggerPerempuan, bisa saja kita difollow oleh blogger-blogger lainnya. Selain itu, apalagi sih manfaat bergabung di Komunitas Blogger Perempuan?

  • Bisa menemukan teman-teman blogger lain dengan tema yang lebih spesifik
    Blogger Perempuan punya direktori banyak blogger perempuan lain yang telah menjadi member di komunitas ini. Kita pun bisa lebih mudah untuk blogwalking mencari blog dengan kategori tertentu karena para member komunitas ini paling tidak harus mencantumkan 3 kategori blognya.
    Oh iya, blogwalking juga dimudahkan karena Blogger Perempuan memfasilitasi blogwalking tidak hanya dari website Komunitas Blogger Perempuan, tetapi juga dari grup telegram dan group facebook.
  • Artikel bisa lebih banyak terbaca
    Kalau kita mau artikel lebih banyak terbaca, kita dapat mensubmit blogpost yang kita miliki ke website Blogger Perempuan. Cukup ringkasannya saja, nanti Blogger Perempuan akan mengarahkan pembaca kepada link blog kita langsung. Walaupun jarang, tapi beberapa kali aku ikutan men-submit blogpost dan lumayan meningkatkan pengunjung blog.
  • Bisa mendapatkan gambaran gimana blog kece dari teman blogger perempuan lain

Berkat blogwalking, aku bisa melihat gimana gaya tulisan teman-teman blogger lain. Apalagi, ternyata banyak juga member Blogger Perempuan yang statusnya sama, yaitu ibu-ibu. Wah, keren-keren banget ternyata cara mereka nulis, cara mereka ngeblog, dan hal itu bikin aku jadi ingin mempercantik blog dan meningkatkan kapasitas menulis dengan mencari gaya tulisan yang cocok juga.

  • Mendapatkan info dan tips penting seputar dunia blog
    Jika membaca tulisan di website Komunitas Blogger Perempuan, ada banyak tips-tips menarik seputar nge-blog. Bahkan info-info penting seperti sumber gambar gratis yang keren pun aku temukan dari Blogger Perempuan. Belum lagi tentang aplikasi Canva dan lainnya. Jadi banyak banget info tentang nge-blog atau istilah asing kayak SEO yang akhirnya membuat penasaran berkat gabung di komunitas ini.

Oh iya, kalau kita join di grup Blogger Perempuan Network (BPN) yang di whatsapp, bisa tau juga tentang permasalahan yang mungkin terjadi seputar ngeblog. Beberapa waktu lalu juga aku sempat mengalami masalah karena template blog yang kurang pas, aku pun nanyanya di grup Whatsapp Blogger Perempuan Network dan akhirnya dikasih tau solusi dari permasalahanku.

  • Adanya info menarik dan trigger untuk ikutan lomba ngeblog
    Blogger Perempuan hampir setiap tahun mengadakan lomba blog bekerja sama dengan beberapa perusahaan lain. Gak semua lomba aku ikuti sih, kadang juga gak nemu ide tulisan yang bisa digali hahaha. Tapi berkat komunitas ini, aku berani ikutan lomba-lomba blog dan gak cuma lomba yang diinfokan dari Blogger Perempuan aja. Ternyata lomba blog banyak dan Alhamdulillah beberapa kali kecantol namaku jadi salah satu pemenang dari banyaknya peserta. Sayangnya, yang dari Blogger Perempuan malah belum dan hal itu bikin aku penasaran. Kalau BP ngadain lomba lagi, harus ikutan nih.
  • Bisa dapat kesempatan ikutan campaign atau job
    Di tulisanku tentang alasan ngeblog, aku cerita bahwa dari blog kita bisa dapat penghasilan. Nah, salah satunya juga berkat ikutan Komunitas Blogger Perempuan. Gabung di Blogger Perempuan Network, membuatku punya kesempatan untuk bekerja sama dengan brand lain sesuai dengan tema blog yang kutuliskan. Alhasil, dari kerjasama itu aku jadi punya penghasilan untuk bayar domain dan hosting setahun. Hehehehe.

 

Itu dia manfaat gabung di Komunitas Blogger Perempuan yang aku rasakan. Buat temen-temen blogger lain, gak ada salahnya loh gabung di komunitas blogger. Kalau kamu mau gabung di komunitas Blogger Perempuan, bisa langsung cek websitenya.

[30 Day Blog Challenge] #3 : Pilah Pilih Nama Blog

Hai! Namaku Faridilla Ainun dari fainun.com.

Kalau ditanya nama blogku apa? Jawabanku pasti fainun.com.

Kalau ditanya kenapa memilih nama blog ini? Hmmmā€¦gak ada jawaban yang jelas sih.

Ketika memutuskan membeli nama domain, sungguh memilih domain adalah hal yang sulit. Iya, buatku yang gak tau harus nge-branding image seperti apa dan emang kayaknya sih kurang kreatif juga ya, hal itu rasanya susah banget. Padahal, beli domain kan bayar, investasi gitu deh, supaya blog juga makin dikenal.

Pada akhirnya, aku memutuskan blog ini adalah blog personal yang mencitrakan diriku sendiri. Jadi, aku memilih akan menggunakan namaku untuk domain.

Nah, persoalan berikutnya komponen nama apa yang akan aku pakai? Nama panggilanku yaitu Ainun ternyata sangat umum. Bahkan sampai ada filmnya segala, walau tentu saja itu bukan tentangku. Pun begitu dengan nama depan yaitu Faridilla, ternyata nama ini pasaran juga, entah Faradila, Faridilla, Fadhilla, dan aneka Dila lainnya.

Pada akhirnya, aku memutuskan nama panggilan di dunia maya termasuk nama blog menjadi FAINUN saja. Ringkas dan memang mengandung unsur namaku sendiri.

Menyesal ga memilih nama FAINUN? Sekarang sih masih engga. Tapi, aku jadi kepikiran nih kalau ingin bikin blog baru dan memilih nama blog, sepertinya perlu langkah-langkah sebagai berikut deh :

 

  1. Pastikan tujuan awal membuat blog
    Iya, tujuan awal harus ditetapkan. Apakah mau menunjukkan personal, bisnis, atau anonim yang mencitrakan suatu hal? Kalau mau personal dan menunjukkan diri, nantinya pakai saja nama. Kalau mau bisnis, ya pilih nama sesuai bisnis yang dijalankan. Misalnya mau akun anonim seperti Karyawan Rantau atau HRD Galau karena isinya curhatan tapi gak mau diketahui siapa penulisnya ya boleh saja.
    Oh iya, sebenarnya nama blog yang bukan menggunakan nama kita juga gak harus anonim sih. Bisa jadi kita ingin menunjukkan branding image atau ada maksud tersendiri. Misalkan, namanya BundaBerkarya karena kita seorang ibu yang ingin berkarya, itu juga boleh kok.
  2. Sesuaikan dengan niche atau tema blog
    Tips ini aku dapat dari kelas NgeBlogPro beberapa waktu lalu. Dalam materinya yang membahas nama dan domain blog, kita disarankan untuk mengasosiasikan domain dengan tema blog kita. Nah, aku sambungin sama tujuan awal ya, misalnya kita mau bikin akun personal dengan niche food, bisa jadi namanya EatsInyun, atau kalau mau akunnya anonim gitu dan ngebahas tentang makanan namanya jadi FoodHunter.

 

Demikian curhatan remah rempeyek dariku urusan nama blog. Jadi nama blog ini FAINUN semata-mata karena bingung. Tapi, belakangan jadi punya alasan sih, bahwa memilih nama blog karena emang ingin blog ini menunjukkan personal yang random makanya isinya juga random.

Kalau kamu mau bikin blog baru, boleh dicoba tuh tips mencari nama blog ala aku šŸ˜€

[30 Day Blog Challenge] #2 : Bahas Tema Apa ya di Blog?

Di awal memulai menulis blog, biasanya kita menulis apapun yang ada dalam pikiran. Semua campur-campur, mulai dari review, curhat, tips, macem-macemlah. Begitu juga dengan bahasannya, bisa tentang anak, gadget, produk, event, atau lainnya.

Belakangan, aku ikut kelas online yang membahas blog dan juga membaca beberapa artikel untuk tahu istilah niche. Bisa dibilang, niche itu tema umum yang dibahas dalam sebuah blog, ada beauty, finance, travel, techno, parenting, dan banyak lagi. Gunanya apa? Dengan tulisan yang lebih terfokus, kita bisa lebih dekat dengan pembaca dan blog lebih dicari.

Lah trus, kalau campur-campur kayak blogku ini apa dong? Katanya ini digolongkan dalam niche ‘lifestyle’.

Dalam kelas NgeblogPro beberapa waktu lalu, kami diarahkan untuk membuat kategori dalam blog. Pembagian kategori bisa dibagi berdasarkan tema tulisan. Untukku yang niche blog lifestyle, aku sebenarnya membuat kategori menjadi Eats (untuk membahas tema makanan), Family (untuk membahas tema keluarga), Beauty (membahas produk kecantikan), Learn (tema umum tentang proses belajar berbagai hal), Review (ulasan buku, music, film), Technology (bahasan tentang teknologi), serta Travel (cerita perjalanan atau tempat menarik lain).

Lalu, dari berbagai tema tersebut, mana yang paling aku suka?

  • Eats

    Namanya juga kesenangan dan kebutuhan, ngebahas urusan perut ini jadi salah satu yang aku suka. Kebetulan nih, aku juga suka nyobain tempat-tempat makan baru di Palembang atau di kota lain pas jalan-jalan. Berkat hobi nyobain makan, kadang jadi banyak yang nanya urusan rasa atau reviewku. Daripada cuma satu dua orang yang tau, mending ditulis kan? Sekalian bantuin promosi yang punya usaha.


    Gak hanya menuliskan pengalaman tentang makan di suatu tempat sih, kadang kalau khilafku muncul, aku suka masak. Jadiā€¦ya aku juga nulis tentang resep masakan walau gak banyak.

  • Travel

    Hobi jalan-jalan sama keluarga rasanya penting untuk didokumentasikan. Awalnya sih biar kenangan gak menguap begitu aja. Jadi bisa cerita nanti pas anak besar atau di abaca sendiri. Eh, ada yang ngerasa berkat tulisanku jadi ada bayangan untuk liburan ke tempat tersebut. Kerasa manfaatnya untuk orang dan akupun senang.

    Selain pengalaman berpergian ke daerah tertentu, di bahasan Travel juga aku suka cerita tentang hotel, aktivitas seru, atau tempat wisata di suatu daerah.

 

  • Technology


    Walau gak ahli-ahli banget, rasanya seneng aja gitu bahas tema ini. Ketertarikan pada gadget atau produk teknologi lain, pengalaman mengakses web maupun aplikasi yang membantu, rasanya pantas untuk dibagikan kepada orang lain.

  • Family


    Last but not least
    , hahai. Ini tema yang juga sering aku tulis. Bukan tentang parenting secara mendetail karena apalah ilmuku masih ecek-ecek seperti remahan rempeyek. Aku lebih sering nulis tentang aktivitas anak atau hal-hal lain tentang keluarga, termasuk urusan kesehatan.

Setelah tahu senangnya menulis tema apa, sebenarnya kepikiran bikin blog baru yang nichenya lebih spesifik gitu sih. Apaā€¦bikin blog baru lagi ya? šŸ˜€ Kasih saran boleh lohā€¦

[30 Day Blog Challenge] #1 : Menulis di Blog, Kenapa?

Kita baru mengerti apa passion kita saat kita bisa bahagia dan sukarela mengerjakan sesuatu.

Mungkin ungkapan itu tak sepenuhnya benar. Memang, bisa saja kita suka melakukan sesuatu, bahagia, dan sukarela tapi tetap merasa itu bukan passion kita. Namun, belakangan aku memang menyadari, menulis, khususnya menulis artikel atau menulis di blog, adalah passion yang baru aku sadari setahun belakangan.

Aku mulai berani menulis di media online sejak tahun tahun 2010. Saat itu, ada semacam lomba menulis di DetikFood. Ternyata tulisanku berhasil ditayangkan di DetikFood dan aku mendapat hadiah voucher makan di salah satu hotel di Jakarta. Sayang, anak kuliahan, uang pas-pasan, hadiah pun tak terpakai. Ya kali, bela-belain bolak balik Bandung-Jakarta hanya untuk makan. Mahal di ongkos, bos!

Masa kuliah yang hampir selesai dengan akses internet cepat di kos-kosan membuatku mulai mengenal blog. Di waktu luang, aku mulai menulis di blog, entah review makanan, materi kuliah, membahas serial, film, atau music, maupun mengungkapkan opini terhadap hal yang menggelisahkan diri. Aku membuat beberapa blog dengan aneka platform. Saat itu, rasanya aku sudah mengkhususkan, blog di platform A untuk artikel review film, blog di platform B untuk sharing belajar Bahasa, dan sebagainya. Sayang, konsistensi memang mahal harganya. Setelah lulus kuliah dan akhirnya aku bekerja, beberapa platform blog harus tutup dan aku pun tidak sempat menyelamatkan isi blogku. Pada akhirnya, hanya satu blog yang berhasil aku pertahankan.

Aku sempat cuti dari kegiatan nge-blog setelah mulai bekerja. Bekerja di kantor dengan akses internet yang rasanya membuat kepala nyut-nyutan, perlahan membuatku malas menulis di blog. Gadget yang terasa mumpuni tak kumanfaatkan untuk menulis. Sampai, pada akhirnya, aku mulai kembali nge-blog setelah berganti status menjadi ibu seorang anak.

Kalau ditanya, apa yang bisa membuatku nge-blog kembali?

Keinginan untuk bercerita, mendokumentasikan cerita bersama anak, serta adanya kemudahan akses internet di rumah alias wifi yang cepat. Setelah berjalan beberapa bulan, pada akhirnya aku menemukan kesenangan kembali menulis di blog. Blog menjadi pilihan karena memang media yang rasanya sudah menjadi teman sejak awal aku belajar mengungkapkan sesuatu di dunia maya.

Selain itu, berikut ini bisa menjadi pertimbangan kenapa aku menulis di blog

  • Blog (belum) akan mati

Kalau kita seangkatan, mungkin kenal juga dengan yang namanya Friendster, MySpace, Multiply, dll. Pada akhirnya, platform sosial media silih berganti. Tiga nama tadi sudah tidak terdengar lagi, walau beberapa bulan lalu aku membaca Multiply akan kembali. Namun, blog masih bertahan sampai sekarang. Alhasil, jika aku menulis di blog (khususnya blogspot atau wordpress), kemungkinan masih bisa dibaca sampai beberapa tahun ke depan. Peminat blog yang masih banyak juga rasanya membuat kemungkinan blog akan tetap bertahan.

wordpress, masih bertahan – photo : pixabay.com

  • Bisa memberikan informasi pada orang lain

Seperti halnya ketika aku mulai ngeblog kembali dengan tujuan mendokumentasikan cerita tentang keluarga, sebenarnya nge-blog membuat kita bisa memberikan informasi kepada orang lain melalui tulisan kita.

  • Cocok dengan gaya menulis yang dimiliki

Beberapa bulan belakangan, seorang teman di kantor yang juga memiliki kegemaran untuk menulis mengajakku untuk menulis di media lain seperti Instagram karena banyak komunitas dan challenge yang seliweran untuk membuat kita menulis di Instagram. Namun, setelah aku membaca tulisannya, rasanya aku memilih tetap menulis di blog. Bukan karena tak mau keluar dari zona nyaman, namun memang sepertinya blog lebih cocok untukku dalam bercerita dan mengungkapkan apa yang ingin ditulis.

  • Mendapatkan kesempatan untuk ikut dalam event

Menulis di blog dan menjadi blogger, ternyata membuatku bisa ikut beberapa event yang mungkin hanya bisa didatangi oleh media atau orang tertentu saja. Ternyata, blogger memiliki ā€˜nilai jualā€™ untuk membagikan informasi secara lebih luas layaknya media berita online. Hal ini membuatku bisa ikut seminar atau workshop bersama rekan media.

https://photos.app.goo.gl/hLdcLeb8Fa3WcuGSA

  • Menemukan teman baru

Nge-blog tidak hanya sekedar menuliskan informasi saja. Sifat dasar blog sebagai salah satu sosial media juga membuat kita bisa menemukan teman baru melalui kunjungan ke blog lain atau blogwalking. Menjadi blogger bisa memberikan kesempatan bertemu blogger lain di satu kota atau komunitas. Pada akhirnya, kita bisa menemukan teman baru di dunia maya maupun dunia maya berkat nge-blog.

  • Menghasilkan uang

Ini sebenarnya alasan terakhir dan bukan menjadi alasan utama. Hehehe, blog bisa menghasilkan uang. Walaupun, sampai saat ini aku belum menjadikan blog sebagai pekerjaan utama karena masih cinta pada tempatku bekerja sekarang. Blog bisa menghasilkan ketika kita diminta mereview sebuah produk atau event. Blog juga bisa menghasilkan ketika kita ikut dalam lomba blog dan menjadi pemenang, walau pemenang hiburan dan hanya dapat kaos, menghasilkan juga kan?

Nah, itu dia alasan-alasanku kenapa aku menulis di blog. Kalau kamu sudah punya blog juga? Sini kukunjungi J

DIY Monkey Bar Untuk Arena Bermain Anak di Rumah

 

“Wah, Mahira putih ya ternyata, jarang main di luar ya?”

Begitulah beberapa komentar teman saat bertemu anak saya Mahira. Memang benar sih, anak saya jarang main ke luar rumah. Kalaupun keluar dari rumah, mentok di teras atau garasi sehari-harinya. Kalau hari libur baru deh dibawa pergi ke mall, rumah sakit (untuk imunisasi), atau sekadar menemani ayah ibunya untuk makan di luar.

Faktor cuaca yang kalau panas teriknya bukan main, bikin saya, suami, dan pengasuh memilih ‘ngadem‘ di rumah aja. Selain itu, ketika saya bekerja, pengasuh pun memilih tidak mengajak anak keluar untuk bermain bersama anak tetangga. Lebih baik main di rumah saja bareng Mahira sudah cukup menyenangkan katanya. Alhasil, saya yang harus memutar otak menyediakan mainan dan tempat main untuk anak di rumah.

Perkembangan anak menjadi dasar untuk membuat permainan yang sesuai dengan anak. Tiga bulan lalu, Mahira sudah mulai merangkak. Saya berpikir, mungkin sebentar lagi ia akan mulai mencoba berdiri sambil berpegangan lalu akan merambat. Saya mencoba menyediakan arena main untuk melatih ia agar mau berlatih berdiri sendiri dengan membuat monkey bar sendiri.

Monkey Bar? Apa itu?

Monkey Bar atau Batang Monyet adalah tiang-tiang yang disusun untuk anak agar bergelantungan. Umumnya monkey bar ditemui di taman atau lokasi pra sekolah. Bentuk yang umum biasanya berupa setengah lingkaran yang terbuat dari besi dengan pasir di bagian bawah agar jika anak jatuh tidak merasa sakit. Manfaat dari bermain di monkey bar adalah melatih tubuh kinestetik, keberanian, dan melatih keseimbangan.

DIY Monkey Bar

Saya mendapat inspirasi untuk membuat monkey bar sendiri tentunya dengan bantuan suami. Setelah berburu model monkey bar, kami memutuskan untuk membuat model monkey bar dari hasil berburu inspirasi di Pinterest. Model ini kami pilih karena jika dilihat sekilas selain menjadi monkey bar, bisa dipakai juga untuk menggantung permainan bagi anak bayi, sebagai gawang dan hoop bermain bola basket, belajar merambat dan memanjat, atau menjadi tenda saat anak mulai besar nanti.

Inspirasi dari DomanMom

Awalnya saya berencana memodifikasi desainnya, namun karena ada salah komunikasi dengan suami, jadi desainnya tetap sesuai dengan gambar. Yang berbeda adalah ukuran pipa PVC yang digunakan lebih besar dari contoh. Pertimbangan kami, dengan diameter PVCyang lebih besar akan lebih kokoh dan tidak mudah roboh, selain itu, memang hanya menemukan sambungan antar pvc ukuran besar di toko bangunan dekat rumah.

Alat dan Bahan :

  • PVC ukuran 1,5 inchi
  • Sambungan PVC sesuai dengan desain
  • Cat non toxic
  • Gergaji

Jika memiliki gergaji sendiri, tentu setelah membeli PVC dapat dipotong sendiri. Namun, karena keterbatasan (tidak memiliki gergaji), maka setelah beli PVC di toko bangunan, kita bisa minta kepada tukang di toko bangunan untuk memotongnya sesuai dengan ukuran.

Cara membuat monkey bar cukup gampang, setelah PVC dipotong sesuai ukuran, sambungkan, lalu cat monkey bar yang sudah disambung dan tunggu catnya kering. Cat non toxic dipilih karena selain ramah lingkungan, juga aman untuk kesehatan anak Cat non toxic sudah banyak dijual di pasaran dengan berbagai merek. Tinggal kita sebagai orang tua yang harus jeli dan teliti saat membeli.

Kalau di taman-taman atau pra sekolah di bawah monkey bar diletakkan pasir, untuk di rumah bisa diletakkan playmat, matras, atau karpet puzzle. Saya pilih karpet puzzle Evamat untuk alas, karena sekalian belajar warna, abjad, dan nama-nama hewan. Total biaya untuk membuat monkey bar ini lengkap dengan alasnya kurang dari Rp 350.000,-

Monkey bar ini cukup membantu Mahira saat mulai belajar berdiri dan merambat. Dia juga mulai berani berdiri sambil melangkah sambil memegang tiang satu ke tiang lainnya. Untuk berdiri sendiri tanpa berpegangan memang masih belum bisa, tapi Mahira mulai berani berdiri sambil bersandar di salah satu tiang.

Selain menjadi arena untuk berlatih berdiri dan merambat, monkey bar ini menjadi arena bermain yang aman Mahira. Koleksi permainan yang dimiliki disimpan di area sekitar monkey bar, jadi ketika anak akan main dia akan main di area ini. Walau tidak menutup kemungkinan dia juga mencoba membuat rusuh tempat lain seperti rak buku, tapi seringnya Mahira memilih bermain di area ini. Kadang Mahira suka main sendiri, tapi seringnya selalu ditemani baik oleh pengasuh atau orang tuanya. Kalau bermain sendiri, dia bisa sambil mengoceh seperti lagi cerita sesuatu. Saya sendiri sering mengganggu saat dia bermain, khususnya kalau dia bermain buah-buahan, saya sering meminta dan pura-pura memakan sambil menjelaskan tentang buah yang sedang dimainkan. Selain mengajari tentang buah, juga mengajarkan tentang berbagi dan saling memberi.

Kekhawatiran saya akan banyaknya virus dan penyakit yang muncul dari tempat umum membuat saya memutuskan untuk lebih banyak mengajak anak bermain dan beraktivitas di dalam rumah sampai usia anak 10 bulan, karena merasa lebih aman. Selain bermain bersama di monkey bar, kadang kami berenang di kolam renang yang memang sengaja dibeli untuk anak berlatih mengenal kegiatan renang dan bermain air. Namun, seiring dengan bertambahnya usia dan lengkapnya imunisasi, saya melihat Mahira cukup kuat untuk dibawa bermain di tempat umum seperti area taman atau pantai. Walaupun begitu, saya tak mau lengah, obat-obatan tetap harus disediakan di dalam rumah. Paracetamol adalah salah satu obat wajib ada di rumah atau ketika traveling. Saya menyediakan Tempra Syrup, yang mengandung paracetamol dan berguna untuk meredakan demam, rasa sakit dan nyeri ringan, sakit kepala dan sakit gigi.

Bermain bersama anak tentu aktivitas yang menyenangkan bagi orang tua, baik di dalam rumah maupun luar rumah. Membuat mainan sendiri juga dapat menjadi hal yang menyenangkan bagi orang tua karena mengasah kreativitas dan menimbulkan kepuasan saat anak tertarik bermain di permainan yang kita buat. Tentunya, kesehatan dan keamanan anak harus tetap dinomor satukan. Yuk bermain dengan anak secara aman dan menyengangkan.

 

Artikel ini diikutsertakan dalam lomba blog Tempra yang diselenggarakan oleh Blogger Perempuan Network dan Taisho. Artikel ditulis berdasarkan pengalaman dan opini pribadi. Artikel ini tidak dapat menggantikan hasil konsultasi dengan tenaga kesehatan profesional.

Sumber :